Foto: Finex, Broker Trading Forex Hingga Logam & Energi Yang Aman dan Cuan (CNBC Indonesia TV)Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi menjadi salah satu hal yang penting dan mulai banyak dilakukan oleh masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang ingin mencari tambahan penghasilan, hingga mencapai kebebasan finansial di masa tua. Sehingga, aktivitas investasi pun perlu dilakukan sejak dini.
Namun perlu diingat, saat ini instrumen investasi sangat banyak macamnya dan tentunya memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda, tergantung jenisnya. Semakin tinggi imbal hasil yang bisa diraih dari sebuah instrumen investasi, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya (high risk-high return). Salah satunya foreign exchange (forex). Forex sendiri saat ini menjadi salah satu instrumen yang banyak di pilih oleh para investor. Bahkan ada yang menjadikan Forex sebagai alat menambah pundi pendapatan yang digunakan untuk hidup atau dikenal dengan trading for living. Forex merupakan pasar terbesar di dunia dengan aktivitas perdagangan yang mencapai triliunan dolar setiap harinya. Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, Indonesia pun turut memiliki peran serta dalam aktivitas perdagangan valuta asing tersebut. Tetapi sayangnya banyak pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan trading forex untuk melakukan penipuan, dengan iming-iming cuan jumbo dan pasti (fix income). Beberapa kasus penipuan mengatas namakan trading forex pun heboh belakangan ini. Memang benar trading forex bisa menghasilkan profit yang besar dan sebanding dengan risikonya. Jika ada yang menawarkan trading forex dengan janji menghasilkan fix income, bisa dipastikan itu adalah penipuan! Padahal, semua kegiatan di perdagangan berjangka, termasuk trading forex diatur dalam Undang-Undang Nomer 10 Tahun 2011 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Mau tahu bagaimana caranya menghasilkan kekayaan dengan forex dan bursa berjangka komoditas? Media ekonomi terbesar, CNBC Indonesia akan kembali menyelenggaakan Kelas Cuan bersama dengan pialang berjangka resmi, Finex untuk mengupas tuntas berbagai hal soal investasi dengan tema "Turbocharge Your Wealth Through Forex & Commodity Trading". Kelas Cuan ini akan dibuka oleh Plt Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kasan dan dilanjutkan diskusi di sesi I dengan pembicara, CEO Finex, Agung Wisnu Aji, Financial Expert CNBC Indonesia, Olivia Louise, dan Profesional Trader, Dennis SLL. Pada sesi ini, Finex akan mengenalkan keunggulannya sebagai perusahaan pialang berjangka. Selain itu para expert dan juga profesional seperti Olivia dan Dennis akan membagikan pengalaman soal investasi di forex. Yang tidak kalah penting, akan ada pula berbagai tips bagaimana memilih broker yang sudah memiliki izin dari Bappebti dan juga keunggulannya. Sedangkan sesi kedua akan menghadirkan Direktur JFX, Yazid Kanca Surya, JR FX Strategist CNBC Indonesia, Revo Gilang, dan Profesional Trader, Andy Senjaya. Pada sesi ini akan lebih banyak dibagikan pengalaman bagaimana dan juga kisah sukses dari para trader di forex dan bursa komoditi. Saksikan kelas Cuan ini pada Sabtu 25 November 2023 di Alila SCBD Jakarta dan dapatkan hadiah voucher senilai total Rp 5 juta untuk 10 orang terpilih dengan menunjukkan tanda sudah registrasi dan verifikasi akun baru di Finex. Dialog eksklusif ini akan dipandu secara langsung oleh Anchor CNBC Indonesia Maria Katarina dan juga Syarifah Rahma. Adapun dialog eksklusif ini juga bisa dilihat secara LIVE! di CNBC Indonesia TV, CNBCIndonesia.com.
0 Comments
Foto: Dok PertaminaJakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah nama besar di Wall Street diam-diam menutup dana atau menghapus nama mereka dari investasi berkelanjutan Atau Environment Social Governance (ESG) setelah investor kabur dari investasi tersebut.
Hilangnya miliaran dolar investasi di sektor ESG ini menimbulkan tanda tanya karena kontradiktif dengan visi masa depan hijau. Pasalnya, Wall Street beberapa tahun lalu sangat menggencarkan pertumbuhan investasi berkelanjutan demi mencapai pertumbuhan berkelanjutan. Melansir Wall Street Journal, cabutnya investor dari pasar ESG terjadi setelah pengawasan peraturan yang diperketat, suku bunga yang lebih tinggi yang berdampak buruk pada saham-saham energi ramah lingkungan, dan reaksi negatif yang menjadikan investasi lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan sebagai target politik. "Ini benar-benar akibat dari terlalu banyak manajer yang ingin mengambil keuntungan dari meningkatnya kesadaran dan permintaan akan investasi ESG," kata Tony Turisch, wakil presiden senior di Calamos Investments. Kuartal ketiga adalah pertama kalinya lebih banyak dana berkelanjutan yang melikuidasi atau menghapus kriteria ESG dari praktik investasi mereka dibandingkan dengan yang ditambahkan, menurut Morningstar. Hal ini merupakan kebalikan dari apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu, ketika perusahaan-perusahaan melakukan rebranding untuk menguangkan miliaran dolar yang mengalir ke produk-produk investasi berkelanjutan. Pada tahun 2021, Hartford Funds memasukkan kata "berkelanjutan" ke dalam nama produk obligasi intinya dan kemudian investor menggelontorkan $100 juta ke dalamnya. Namun setelah gagal memenuhi target kinerjanya tahun lalu, Hartford kembali mengubah kebijakannya. Akhir bulan ini, dana obligasi tersebut akan dikenal sebagai Dana Pendapatan Tetap Inti dan berpotensi menjual beberapa kepemilikan di bidang ESG-nya ketika beralih ke strategi investasi konvensional, menurut pengajuan perusahaan. Hartford menolak berkomentar mengapa mereka melakukan rebranding terhadap dana tersebut. Setidaknya lima dana lainnya juga mengumumkan bahwa mereka akan membatalkan mandat ESG mereka tahun ini, sementara 32 dana berkelanjutan lainnya akan ditutup, menurut data yang dikumpulkan oleh Morningstar dan The Wall Street Journal. Kemunduran ini terjadi setelah investor menarik lebih dari US$14 miliar (Rp224 triliun) dana berkelanjutan tahun ini, sehingga menyisakan $299 miliar (Rp4.784 triliun), menurut Morningstar. Dana konvensional juga merugi, namun dampaknya lebih parah terhadap iklim dan produk tematik lainnya yang terkena dampak suku bunga tinggi dan faktor lainnya. Ron Rice, wakil presiden pemasaran di Pacific Financial, mengatakan perselisihan hukum mengenai peraturan Departemen Tenaga Kerja yang membiarkan manajer dana pensiun mempertimbangkan faktor-faktor ESG mungkin telah membebani popularitas produk berkelanjutan perusahaannya. "Kami menemukan bahwa permintaan investasi ESG, oleh para profesional keuangan yang bekerja dengan peserta program pensiun, lebih terbatas dari yang kami perkirakan," katanya. Awal tahun ini, Pacific Financial menghapus nama keberlanjutan dari tiga reksa dana yang saat itu memiliki nilai lebih dari $187 juta. Ketiga dana tersebut kemudian mengalami lonjakan aset yang dikelola, kata Rice. Tekanan politik juga bisa menjadi faktor penyebab perubahan ini. Kandidat presiden dari Partai Republik, Vivek Ramaswamy, merupakan kritikus ESG yang vokal. Tahun lalu, Florida mengatakan pihaknya menarik US$2 miliar asetnya yang dikelola oleh BlackRock sebagian karena dukungan perusahaan terhadap ESG. Sementara itu, Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) meningkatkan pengawasannya dan baru-baru ini mengadopsi aturan untuk mencegah penamaan yang menyesatkan. Dana tersebut memiliki waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk dipatuhi, tergantung pada ukurannya. SEC sudah mengawasi situasi ini dengan lebih ketat. Pada bulan September, cabang investasi Deutsche Bank, DWS Investment Management Americas, setuju untuk membayar US$19 juta untuk menyelesaikan penyelidikan atas dugaan greenwashing yang dilakukan perusahaan tersebut karena melebih-lebihkan bagaimana perusahaan tersebut memasukkan data ESG ke dalam keputusan investasi. Pada akhir bulan, DWS akan melikuidasi reksa dana yang berganti nama menjadi ESG pada 2019. DWS mengatakan pihaknya telah membahas masalah ini dengan SEC dan memutuskan untuk melikuidasi dana tersebut karena ukurannya yang kecil. Meskipun ada penutupan, dana ESG baru terus bermunculan. Tahun lalu, Calamos Investments yang berbasis di Naperville, Illinois mengatakan akan menutup dana ekuitas berkelanjutan senilai US$4 juta yang tertinggal dari benchmark sejak awal, menurut pengajuan perusahaan. Foto: Petugas menunjukkan emas batangan di sebuah gerai emas di Pegadaian, Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Jakarta, CNBC Indonesia -Harga emas batangan yang dijual di PT Pegadaian bergerak beragam pada perdagangan hari ini, Jumat (17/11/2023). Jenis Antam dan Batik menguat, sedangkan Retro dan UBS longsor.
Penurunan emas jenis Retro dan UBS ini tidak sejalan dengan emas dunia yang terbang. Pada perdagangan Kamis (16/11/2023) harga emas di pasar spot ditutup melonjak 1,11% di posisi US$ 1.980,85 per troy ons. Lonjakan ini menjadi lonjakan tertinggi dalam pekan ini. Pegadaian sendiri menjual berbagai jenis emas, yaitu emas Antam, Antam Retro, dan UBS. Ukurannya pun dijual beragam, mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram. Pada perdagangan hari ini, harga emas Antam ukuran 1 gram dibanderol di Rp 1.124.000, menguat Rp7.000 per gram. Emas ini tersedia mulai ukuran/satuan 0,5 gram hingga 1.000 gram. Sementara itu, emas Antam Retro harga 1 gram senilai Rp 1.088.000, anjlok Rp11.000. Antam Retro adalah emas kemasan lama di mana keping emas dan sertifikatnya terpisah. Emas Antam Retro kali terakhir diproduksi pada 2018, dan tersedia mulai satuan 0,5 gram hingga 100 gram. Kemudian ada emas jenis Antam Batik yang dibanderol Rp1.278.000 per satu gram. UBS yang dikeluarkan PT Untung Bersama Sejahtera harganya Rp1.083.000 per gram, anjlok Rp11.000 per gram. Emas UBS yang tersedia lengkap mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Satuan Harga Antam Harga Antam Retro Harga Antam Batik Harga UBS 0.5 Rp 613.000 Rp 581.000 Rp 685.000 Rp 578.000 1 Rp 1.124.000 Rp 1.088.000 Rp 1.278.000 Rp 1.083.000 2 Rp 2.186.000 Rp 2.154.000 Rp 0 Rp 2.148.000 3 Rp 3.253.000 Rp 3.200.000 Rp 0 Rp 0 5 Rp 5.387.000 Rp 5.317.000 Rp 0 Rp 5.307.000 8 Rp 0 Rp 0 Rp 9.726.000 Rp 0 10 Rp 10.717.000 Rp 10.567.000 Rp 11.747.000 Rp 10.557.000 20 Rp 0 Rp 0 Rp 22.673.000 Rp 0 25 Rp 26.663.000 Rp 26.267.000 Rp 0 Rp 26.339.000 50 Rp 53.244.000 Rp 52.439.000 Rp 0 Rp 52.569.000 100 Rp 106.408.000 Rp 104.785.000 Rp 0 Rp 105.095.000 250 Rp 265.747.000 Rp 261.645.000 Rp 0 Rp 262.660.000 500 Rp 531.278.000 Rp 523.039.000 Rp 0 Rp 524.699.000 1000 Rp 1.062.515.000 Rp 1.046.027.000 Rp 0 Rp 0 CNBC INDONESIA RESEARCH Foto: Getty Images/iStockphoto/Magui-rfajardoJakarta, CNBC Indonesia - Asuransi hewan peliharaan akan terdengar aneh di telinga Anda, namun jangan salah, produk ini sangat wajar dijual ke masyarakat. Dan di Indonesia pun produk asuransi seperti ini sudah tersedia di pasaran.
Sama halnya dengan asuransi lain, asuransi hewan peliharaan akan memberikan proteksi finansial saat terjadi risiko atau musibah yang menimpa hewan peliharaan Anda. Bicara soal asuransi ini, asuransi hewan sejatinya merupakan turunan dari asuransi umum. Tapi jenis proteksinya sekilas mirip dengan asuransi jiwa dan kesehatan. Bagi Anda yang tertarik membeli asuransi untuk hewan peliharaan Anda? Berikut adalah hal-hal yang harus Anda perhatikan terlebih dulu. Kenali manfaatnyaPastinya, kematian akibat kecelakaan hingga kremasi menjadi bagian dari manfaat dalam asuransi hewan peliharaan ini. Selain itu, biaya santunan ketika terjadi perawatan di rumah sakit hewan juga salah satunya. Namun jangan salah, asuransi ini juga akan menanggung biaya pengobatan pihak ketiga jika hewan peliharaan Anda melukai orang atau hewan lainnya. Santunan pun bisa didapatkan sebagai reward atas pihak yang berhasil menemukan peliharaan Anda jika dia hilang. Ingat, pengecualiannya juga adaMeski manfaatnya terlihat komplit, selalu akan ada pengecualian dalam asuransi. Asuransi hewan peliharaan umumnya tidak akan menanggung kematian akibat pembunuhan oleh pihak tertanggung, keracunan makanan, komplikasi persalinan, kematian di penitipan hewan, sakit, atau kematian yang terjadi kurang dari 30 hari setelah polis asuransi dimulai. Adapula biaya pengobatan atau rawat inap yang tidak ditanggung perusahaan, dan tentunya masih banyak lagi pengecualian yang harus diketahui oleh pemegang polis. Berapa preminya? Foto: PixabayJakarta, CNBC Indonesia - Cara mudah menilai tinggi rendahnya harga reksa dana sebenarnya bisa dilakukan dengan melihat besaran nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP).
Bagi Anda yang belum memahami apa itu NAB/UP, nilai adalah menunjukkan besaran nilai aset bersih (kekayaan) sebuah reksa dana, dibagi dengan jumlah unit penyertaan yang beredar saat itu. Anggap saja, sebuah reksa dana memiliki nilai NAB/UP sebesar Rp 1.000, jika Anda berniat membelinya dengan modal Rp 1 juta, maka Anda akan mendapatkan 1.000 UP. Sedangkan jika harganya Rp 1.200, maka total unit yang Anda dapatkan hanya 833,33 saja. Jelas sekali bahwa semakin tinggi NAB, semakin mahal harga satu unit penyertaan reksadana yang bersangkutan. Menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di hari pertama reksa dana ditawarkan ke masyarakat, NAB/UP yang ditetapkan adalah Rp 1.000, dan seiring dengan berjalannya waktu, harga NAB/UP akan mengalami fluktuasi di pasar karena kenaikan nilai aset yang menjadi underlying reksa dana itu. Salah satu faktor yang menentukan naik atau turunnya NAB/UP sebuah reksa dana adalah kenaikan harga aset di portofolio reksa dana tersebut. Jadi, tak menutup kemungkinan sebuah reksa dana yang sudah diluncurkan tiga tahun yang lalu memiliki NAB/UP yang lebih rendah ketimbang yang diluncurkan satu tahun karena kinerja aset di dalam portofolionya juga menurun. Lantas manakah pilihan yang tepat bagi Anda? Yang mahal atau yang murah? Berikut penjelasannya. Baca: Saham Murah Tapi Tak Murahan, Modal Rp 100 Ribu Dapat BanyakStrategi manajer investasi lebih penting diketahuiTak ada metode yang baik digunakan untuk mengukur nilai wajar sebuah reksa dana. Hal itu disebabkan karena produk reksa dana adalah wujud nyata dari strategi pengelolaan investasi yang dilakukan manajer investasi. Seperti yang dikatakan di atas, kenaikan NAB/UP disebabkan karena kenaikan nilai aset di dalam portofolio reksa dana tersebut. Oleh karena itu, bukan berarti reksa dana yang mahal bakal sulit mengalami kenaikan harga, sementara yang murah justru lebih cepat. Seberapa mahal pun reksa dana, NAB/UP akan tetap naik jika nilai aset di reksa dananya ikut naik. Membeli reksa dana yang baru meluncurAdapun keuntungan membeli reksa dana yang sudah berumur adalah adanya kemudahan bagi Anda untuk mengukur kinerjanya secara historis. Reksa dana adalah sebuah wadah investasi, ketika Anda berinvestasi dengan membeli reksa dana, maka Anda telah mempercayakan dana Anda untuk dikelola manajer investasi. Oleh karena itulah, Anda bisa melakukan pengukuran kinerja dari reksa dana tersebut dengan reksa dana lain atau dengan indeks acuan. Lantas apa kabar dengan reksa dana yang baru meluncur? Intinya, jika produk tersebut diracik oleh manajer investasi dengan reputasi baik, maka Anda tidak perlu ragu akan hal itu. Dengan nilai NAB per UP yang sebesar Rp 1.000 Anda tentunya bisa mendapatkan unit yang lebih banyak lagi, dan hal itu tentu akan sangat berpengaruh secara signifikan bila tujuan investasi Anda untuk jangka panjang. Salah satu contohnya adalah reksa dana syariah STAR Stable Amanah Sukuk yang baru saja diluncurkan pada tanggal 8 November 2023 dengan NAB per UP sebesar Rp 1.000. Dengan harga yang tergolong masih murah, maka Anda akan mendapatkan UP yang lebih banyak sesuai dengan modal investasi yang dimiliki jika dibandingkan nantinya NAB per UP bergerak lebih naik/mahal. Berdasarkan dokumen prospektus untuk produk STAR Stable Amanah Sukuk, reksa dana ini dikelola dengan komposisi portofolio investasi minimal 80%-100% pada efek syariah seperti Sukuk dan juga 0%-20% pada instrumen pasar uang syariah seperti deposito syariah. Selain itu, komposisi efek yang diinvestasikan telah memiliki peringkat layak investasi paling rendah idAA. Anda bisa membeli reksa dana syariah STAR Stable Amanah Fund dengan promo menarik yang disajikan oleh mitra distribusi reksa dana seperti yang dilakukan aplikasi Makmur. Lewat aplikasi Makmur, Anda bisa membeli reksa dana syariah STAR Stable Amanah Sukuk yang baru meluncur. Tentunya dengan membeli reksa dana ini di Makmur, Anda bisa mendapatkan promo menarik yaitu bonus investasi sampai dengan Rp 500 ribu. Tunggu apalagi, segera download aplikasi Makmur dan mulailah untuk berinvestasi reksa dana. Foto: Anthoni Salim. (Dok: Forbes)Jakarta, CNBC Indonesia - Anthoni Salim dan keluarga dikenal dengan manuver-manuvernya yang menjadi penggerak pasar saham dalam negeri. Lewat Grup Salim, Anthoni Salim menguasai sejumlah emiten kakap RI, mulai dari di bidang consumer goods, perbankan, perkebunan, hingga pertambangan.
Menurut Forbes, kekayaan Anthoni Salim dan keluarga ditaksir mencapai US$7,5 miliar atau setara dengan Rp118,87 triliun (asumsi kurs Rp15.849/US$), peringkat kelima orang terkaya di Indonesia di 2022. Generasi pertama keluarga Salim, yaitu ayah Anthoni Salim, Liem Sioe Liong (Sudono Salim), dulunya dikenal sebagai pemegang saham pengendali bank terbesar di Indonesia saat ini (berdasarkan nilai kapitalisasi pasar) yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Namun, Grup Salim harus kehilangan mayoritas sahamnya di BBCA saat krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998. Saat itu, bank dengan aset Rp 1.228 triliun mengalami bank rush dari nasabahnya ketika Sudono Salim diisukan meninggal dan saat kerusuhan Mei 1998 meletus. Keringnya likuiditas akibat merosotnya Dana Pihak Ketiga (DPK), membuat BBCA sampai harus diambil alih dan disuntik modal oleh pemerintah serta disehatkan di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Saat itulah Grup Salim kehilangan kendali atas BBCA dan kini telah berpindah tangan ke Grup Djarum milik Hartono bersaudara di bawah PT Dwimuria Investama Andalan. Harga saham BBCA yang terus melesat sejak IPO membuat Keluarga Hartono sebagai pemilik mayoritas yang mengempit 54,94% saham BBCA menjadi orang paling kaya di negeri ini. Namun setelah kehilangan BBCA, kekayaan Grup Salim tidaklah menyusut. Kuncinya adalah ekspansi dan diversifikasi bisnis yang dilakukan. Selama ini, Grup Salim paling dikenal dengan dua emiten konsumen yang mereka miliki yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) serta anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Sebagai perusahaan induk, INDF mengempit 80,53% saham ICBP yang menjual berbagai produk makanan dan minuman yang tentunya sudah tak asing lagi bagi konsumen di Indonesia. Berbagai merek ICBP di berbagai segmen meliputi Indomie & Pop Mie untuk kategori mie instan, Susu Indomilk, Snack Chitato hingga Qtela, berbagai bumbu masak dengan merek Indofood mulai dari saus, kecap dan bumbu instan, makanan untuk bayi dengan merek SUN hingga berbagai merek minuman kemasan seperti Club untuk air mineral dan Ichi Ocha untuk kategori minuman berasa kemasan. Segmen bisnis Indofood tidak hanya mencakup makanan jadi tetapi juga bahan makanan seperti gandum dengan merek Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci Biru, Lencana Merah hingga Taj Mahal. Kemudian ada juga segmen bisnis yang membidangi usaha minyak goreng dan margarin dengan merek ternama seperti Bimoli, Delima, Happy, Palmia hingga Amanda. INDF sendiri sebagai holding sebanyak 50,07% sahamnya juga dimiliki oleh Keluarga Salim lewat perusahaan investasinya yang listing di Bursa Hong Kong bernama First Pacific Co. Grup Salim tercatat menggenggam lebih dari 40% saham First Pacific yang nilai kapitalisasi pasarnya mencapai HKD12,51 miliar. Di Indonesia, selain INDF dan ICBP, portofolio bisnis Grup Salim terbilang sangat terdiversifikasi baik yang merupakan perusahaan publik maupun privat dengan kepemilikan langsung maupun tak langsung. Di segmen konsumen lainnya, perusahaan "Tbk" yang juga terafiliasi dengan Keluarga Salim adalah perusahaan pembuat roti dengan merek Sari Roti yakni PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI). Keluarga Salim, lewat PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) menggenggam 25,77% saham ROTI. Di samping itu, Salim juga berkongsi dengan keluarga Gelael di emiten pengelola KFC di Indonesia, Fast Food Indonesia (FAST)lewat DNET dengan kepemilikan 35,84%. Jejak bisnis keluarga terkaya ketiga di Indonesia ini juga dapat dilacak lewat bisnis minyak gorengnya di bawah bendera PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang digenggam oleh INDF dan Indofood Agri Resources. Kemudian, di sektor hulu perkebunan sawit, Keluarga Salim juga memiliki perusahaan bernama PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan kepemilikan lewat SIMP sebesar 59,48%. Tidak hanya itu, bisnis Grup Salim juga merambah di sektor otomotif lewat PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dan anak usahanya yakni PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS). Untuk diketahui, 91,97% saham IMJS dikuasai oleh IMAS, sedangkan hampir 50% saham IMAS dikuasai oleh Gallant Venture yang merupakan perusahaan publik di Singapura yang sahamnya dikuasai oleh Salim dan Group Parallax dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai hampir SGD732,3 juta. Selanjutnya, di bidang konstruksi dan engineering, Grup Salim juga memiliki portofolio bisnis di PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) lewat PT Metro Pacific Tollways Indonesia dengan kepemilikan sebesar 74,65%. Asal tahu saja, Metro Pacific Tollways Indonesia merupakan anak usaha dari Metro Pacific Investment Corporation (MPIC) perusahaan publik yang listing di bursa Filipina yang juga dikendalikan oleh Salim sekeluarga. Bisnis yang menggurita dari bos Indofood tersebut juga dibuktikan di sektor lain, yakni energi lewat kepemilikan Grup Salim di PT Medco Energi International Tbk (MEDC). Di perusahaan yang digawangi oleh Arifin Panigoro ini, sebanyak 21,46% sahamnya dimiliki oleh perusahaan Singapura bernama Diamond Bridge yang juga dimiliki oleh Keluarga Salim. Portofolio investasi Grup Salim selanjutnya adalah di emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang didirikan oleh Otto Sugiri. Sebagai informasi, DCII merupakan salah satu perusahaan yang fenomenal di pasar modal Tanah Air. Perusahaan yang melantai pada 6 Januari 2021 tersebut harga sahamnya sempat melesat puluhan ribu persen sejak penawaran umum perdana saham (IPO) hingga pernah memiliki nilai kapitalisasi pasar mencapai lebih dari Rp100 triliun. Sebelumnya Grup, Salim lewat Anthoni Salim memiliki saham DCII sebanyak 72,29 juta saham, namun pada akhir Mei 2021, Anthoni Salim menambah kepemilikannya dengan memborong 192,7 juta saham DCII dengan modal sampai Rp 1 triliun sehingga kepemilikannya menjadi 11,12%. Kendaraan Keluarga Salim di sektor keuangan ada perusahaan asuransi jiwa dan dana pensiun bernama PT Indolife Pensiontama. Lewat perusahaan asuransi tersebut, keluarga Salim memiliki berbagai saham bank di portfolionya. Untuk diketahui, PT Indolife Pensiontama mengempit saham PT Bank Mega Tbk (MEGA) yang dimiliki olehpengusaha nasionalChairul Tanjung sebesar 4,74% per 31 Desember 2022. Perusahaan perbankan milik Chairul Tanjung yang lain yang bergerak sebagai digital bank yaitu PT Allo Bank IndonesiaTbk (BBHI) juga sebesar 6% sahamnya dimiliki oleh Keluarga Salim lewat kendaraan PT Indolife Investama Perkasa. Sempat kehilangan kendali atas BBCA saat krisis moneter 2 dekade silam, kini Keluarga Salim kembali memegang kendali sebuah bank yaitu PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA). Dalam keterbukaan informasi Bank Ina Perdana yang dipublikasikan pada 10 Januari 2020 yang disampaikan Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu dan Direktur Kepatuhan Bank Ina Wardoyo, menyebutkan Grup Salim resmi menjadi ultimate shareholder atau pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) bersama pemilik Bali United, Pieter Tanuri. Dalam keterbukaan informasi tersebut, informasi fakta material yang disampaikan yakni terjadi perubahan struktur kepemilikan saham Bank Ina di mana perusahaan Grup Salim, PT Indolife Pensiontama menjadi pemegang saham pengendali, dari sebelumnya hanya dipegang oleh PT Philadel Terra Lestari milik Pieter. Lewat PT Indolife Pensiontama, Keluarga Salim mengempit 22,83% saham BINA. Tidak ketinggalan, jejak bisnis Grup Salim juga menjangkau sektor teknologi dan media yang dimiliki oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang dikempit langsung oleh Anthoni Salim sebesar 9%. Salim juga masuk ke emiten tambang RI. Grup Salim ikut masuk ke dua emiten yang terafiliasi Grup Bakrie, yakni emiten batu bara BUMI dan anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Di BUMI, Grup Salim masuk melalui Mach Energy (Hongkong) Limited (MEL) lewat skema private placement pada Oktober tahun lalu. Mach Energy (Hongkong) Limited menguasai 45,78% saham BUMI per akhir September 2023. Komposisi pemegang saham MEL adalah PT Bakrie Capital Indonesia memiliki sebesar 42,5% saham MEL. Kemudian, Clover Wide Limited menguasai 15% saham. Terakhir, Mach Energy (Singapore) Pte. Ltd. (MPEL) memiliki 42,5% saham MEL. Nah, Mach Energy Pte. Ltd adalah perusahaan di bawah Grup Salim. Anthoni Salim memiliki kendali penuh atas Mach Energy Pte. Ltd. Sementara, Anthoni Salim menggunakan kendaraan investasi Emirates Tarian Global Ventures SPV, untuk masuk ke BRMS dengan porsi kepemilikan terbesar di perusahaan tambang emas tersebut, yakni mencapai 25,10%. Teranyar, Grup Salim, bersama keluarga Panigoro dan Agoes Projosasmito (yang kerap disebut dekat dengan Grup Salim), menjadi pemegang saham emiten tambang produsen emas-tembaga PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang melantai pada 7 Juli 2023. Saham AMMN sukses terbang 300-an persen sejak melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) dan memiliki kapitalisasi pasar (market cap) Rp496,03 triliun, terbesar keenam di bursa per 2 November 2023. Grup Salim sendiri masuk ke AMMN via PT Sumber Gemilang Persada (SGP), menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut. Kemudian, Grup Salim juga memiliki porsi lewat kepemilikan Medco di AMMN. Diamond Bridge Pte. Ltd, seperti disinggung di atas, diketahui terafiliasi dengan Grup Salim dan merupakan pemegang saham Medco. Selanjutnya tentakel Grup Salim juga mengikat AMMN lewat PT Pesona Sukses Cemerlang (PSC) yang dimiliki oleh bos pengelola KFC di Indonesia, Fast Food Indonesia (FAST) dan Edie Herjadi yang namanya muncul di perusahaan milik Grup Salim. Pasca IPO, kepemilikan tidak langsung Anthoni Salim di AMMNmencapai 7,14%. Adapun secara keseluruhan untuk Grup Salim lewat sejumlah tentakel bisnis ditaksir mencapai 43,72%, lalu ada kongsi Agus Projo lewat AP Investment sebesar 15,58%, diikuti oleh total kepemilikan tidak langsung keluarga Panigoro sebesar 14,96%. Jika ditotal-total, semua emiten yang terafiliasi dengan Grup Salim baik langsung maupun tak langsung, baik yang kepemilikannya hanya di bawah 10% hingga lebih dari 75% nilai kapitalisasi pasarnya mencapai hampir Rp1.100,53 triliun, atau sekitar 10,45% dari total market cap IHSG. Dengan tentakel bisnis yang menjulur kemana-mana, tak mengherankan apabila manuver Grup Salim menjadi perhatian dan kerap menjadi penggerak pasar dalam negeri. CNBC INDONESIA RESEARCH Foto: REUTERS/CHRISTOPHE VAN DER PERREJakarta, CNBC Indonesia - Konflik antara Israel dan faksi Hamas di Jalur Gaza tampaknya masih memanas, secara tidak langsung hal itupun bisa menyebabkan instabilitas di wilayah Timur Tengah. Namun patut diperhatikan pula bahwa investor ritel tentu bisa memanfaatkan situasi ini untuk berinvestasi.
Reuters memberitakan bahwa perang di wilayah Gaza masih bisa meluas. Di Irak, Kataib Hizbullah, faksi bersenjata yang memiliki relasi dekat dengan Iran, mengatakan pihaknya akan menargetkan pangkalan AS dengan rudal, drone, dan pasukan khusus jika Washington melakukan intervensi dalam konflik tersebut. Badr, milisi di Irak yang didukung Iran juga sudah menyuarakan dukungan tegas pada faksi-faksi Palestina yang memerangi Israel. Badan Energi Internasional (IEA) sendiri sudah memberikan peringatan bahwa akan ada ancaman kiamat baru akibat perang Hamas dan Israel, yang berkaitan dengan pasokan minyak. Berkaca pada konflik tersebut, ada beberapa instrumen investasi yang mungkin saja bisa dilirik oleh para investor atau trader ritel seperti Anda. Berikut ulasannya. Baca: Saham migasHarga komoditas seperti minyak tentu bisa bereaksi karena adanya konflik di wilayah Timur Tengah. Harga minyak mentah Brent & WTI memang sempat melonjak pada 9 Oktober 2023 lalu saat ramainya pemberitaan mengenai eskalasi konflik ini bermunculan. Terpantau bahwa dalam sepekan, kinerja sejumlah emiten saham migas juga mayoritas terpantau positif. Meningkatnya harga minyak dunia tentu akan menjadi sentimen positif bagi saham-saham di industri migas. Namun ketahuilah bahwa saham-saham ini merupakan saham yang memiliki bisnis siklikal. Ketika harga minyak mengalami penurunan, maka akan ada potensi koreksi yang terjadi pada saham-saham migas. Strategi trading jangka pendek mungkin lebih tepat untuk diaplikasikan di sini. Namun investor atau trader tentu harus memikirkan strategi profit taking dan pembatasan risiko dengan lebih matang lagi. Apa kabar dengan emas?Harga aset yang kerap disebut sebagai safe haven ini memang sempat melonjak karena konflik Israel dan Hamas. Terpantau bahwa sejak tanggal 6 hingga 12 Oktober 2023, harga emas Antam mengalami kenaikan sebesar 2,7%. Namun ketahuilah bahwa konflik tersebut juga berkontribusi pada menguatnya mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah. Dan seperti diketahui, menguatnya Dolar berpotensi membuat harga emas menjadi tertekan. Besar kemungkinan penguatan harga emas di tengah panasnya konflik Israel dan Palestina akan bersifat lebih terbatas. Bila Anda memutuskan untuk membelinya, maka pastikan bahwa horizon investasi Anda ada di jangka panjang. Salah satu penyebab menguatnya Dolar Negeri Paman Sam juga disebabkan karena tingginya yield obligasi AS (US Treasury). Yield US Treasury maupun Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan pada 11 Oktober 2023, setelah berada di level tertingginya secara year to date (YTD) di bulan ini. Tepat pada Juli 2023, yield SBN berada di titik terendahnya di 2023 sementara yield Treasury terus mengalami kenaikan secara YTD. Tingginya yield menunjukkan bahwa harga surat utang negara telah mengalami penurunan. Dan ketika yield sebuah obligasi negara berada di atas kupon imbal hasilnya, maka harga obligasi tersebut dinyatakan terdiskon. Membeli obligasi negara di pasar sekunder memiliki banyak keuntungan. Pertama, obligasi negara adalah instrumen yang bisa memberikan pendapatan tetap dan bebas dari risiko gagal bayar, kedua Anda bisa menjual kembali obligasi negara tersebut dan meraup untung dari capital gain jika terjadi kenaikan harga dalam obligasi tersebut. Berikut adalah beberapa obligasi negara seri FR (Fixed Rate) dan PBS (Project Based Sukuk) yang harganya berada di bawah 100. Reksa dana pendapatan tetap Penurunan harga SBN juga tentunya berdampak pada reksa dana pendapatan tetap yang memiliki underlying aset SBN. Namun hal ini tentu bisa menjadi peluang besar bagi Anda untuk membelinya di harga yang terbilang murah untuk investasi jangka menengah atau panjang. Terpantau bahwa secara YTD, indeks reksa dana pendapatan tetap menjadi yang paling unggul ketimbang reksa dana lainnya, begitu pula pada jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa reksa dana pendapatan tetap merupakan investasi yang cocok untuk jangka menengah maupun panjang. Foto: Konferensi Pers AdaKami dan AFPI. (CNBC Indonesia/Mentari Puspadini)Jakarta, CNBC Indonesia - Usai viral adanya kasus order fiktif oleh debt collectornya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhkan sanksi peringatan tertulis kepada PT Pembiayaan Digital Indonesia alias Pinjol Adakami.
Menyusul surat peringatan tersebut, pihak Adakami langsung melakukan pemecatan terhadap pegawai yang melakukan penagihan yang tidak sesuai kepada konsumen. Hal ini sebagaimana dikemukakan Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK dalam jawaban tertulis Kamis, (12/10/2023). Dalam keterangan OJK, hingga saat ini Adakami masih belum dapat mengidentifikasi korban bunuh diri sebagaimana yang diberitakan. Adakami telah bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk mencari korban dan mengidentifikasi adanya dugaan kasus bunuh diri. OJK telah memerintahkan Adakami agar terus melakukan investigasi untuk mengidentifikasi korban hingga kasus ini benar-benar dianggap selesai dan melaporkan kepada OJK seluruh hasil investigasi yang dilakukan. "Selain itu OJK juga meminta kepada Adakami untuk menyediakan hotline untuk mengumpulkan informasi terkait dengan identitas korban," ujar Agusman. Di sisi lain, OJK juga meminta AFPI untuk melakukan pengecekan terkait dengan penerapan bunga yang dikenakan oleh Adakami ke borrower. Sebwlumnya, Platform peer-to-peer lending atau pinjaman online (pinjol) mengklaim telah mengenakan bunga maksimum 0,4 persen per hari. Besaran bunga ini dinilai ringan bagi peminjam yang bergerak di bidang usaha produktif seperti pedagang bakso dan nasi uduk. Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S. Djafar mengatakan saat ini OJK dan AFPI sepakat menetapkan bunga pinjaman maksimum 0,4 persen per hari. Selama 365 hari atau setahun, kelipatan 0,4 persen adalah 146 persen. Namun, berdasarkan pedoman perilaku dari AFPI, perusahaan pinjol hanya bisa mengenakan total biaya 100 persen termasuk bunga dan denda. "Bunga pinjol sebesar 0,4 persen per hari pada praktiknya adalah bunga untuk tenor pendek. Sementara, ada pedoman perilaku bagi AFPI bahwa batas maksimum total pengenaan bunga, biaya layanan, dan denda keterlambatan setinggi-tingginya maksimal 100 persen dari pokok pinjaman," katanya. Entjik menyatakan besaran bunga maksimum 0,4 persen per hari tersebut mencakup juga biaya layanan yang dikenakan untuk pelanggan. Jumlah tersebut, menurutnya, tidak berat untuk nilai pinjaman yang kecil terutama bagi peminjam produktif. Ia memperkirakan dari pinjaman Rp 1 juta, pelaku usaha mikro cukup membayar bunga Rp 40 ribu untuk menghasilkan pendapatan Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJAJakarta, CNBC Indonesia - Tidak dipungkiri bahwa, tujuan seseorang berinvestasi saham adalah modal yang diinvestasikan olehnya bisa tumbuh dengan cukup signifikan mengalahkan inflasi. Namun bagaimana jika orang yang bersangkutan tidak punya waktu untuk melakukan analisis?
Reksa dana indeks mungkin bisa menjadi solusinya. Reksadana indeks akan memberikan kesempatan bagi investor untuk mendiversifikasi investasi mereka secara luas dan menikmati pertumbuhan pasar secara keseluruhan dengan biaya yang lebih rendah. Produk ini mengikuti kinerja indeks pasar seperti LQ45, IDX 30, Sri-Kehati, dan lain sebagainya sehingga cocok bagi investor yang mencari solusi investasi pasif. Berdasarkan data Edvisor.id pada 7 Oktober 2023, dua dari 10 reksa dana indeks yang memiliki kinerja terbaik secara year to date (YTD), sanggup menghasilkan return 10%. Adapun dua produk yang dimaksud adalah reksa dana Syailendra MSCI Value Indeks Fund Kelas A dan Simas Sri-Kehati. Reksa dana indeks tak ditujukan untuk kalahkan pasarJika Anda lebih tertarik dengan investasi yang bisa mengalahkan market, maka reksa dana indeks bukan pilihan. Mungkin saja, reksa dana saham adalah pilihan yang tepat bagi Anda. Namun imbal hasil yang tinggi tentunya juga diikuti oleh risiko yang tinggi pula. Daftar saham di sebuah indeks akan dievaluasi secara rutin. Hal itu lah yang menyebabkan adanya perubahan saham dalam portofolio reksa dana indeks. Akan tetapi, reksa dana indeks tentunya bisa menjadi solusi bagi Anda yang ingin berinvestasi saham tanpa pusing dan menggunakan modal minim. Pasalnya, dengan membeli reksa dana indeks, bermodalkan Rp 10 ribu saja Anda bisa memiliki investasi yang kinerjanya mirip dengan indeks saham di BEI. Foto: Ari SaputraJakarta, CNBC Indonesia - Isu asuransi mendiang Mirna Salihin dalam kasus Kopi Sianida kembali jadi perbincangan di media usai munculnya film dokumenter Ice Cold: Murders, Coffee and Jessica Wongso di Netflix.
Pada 2016 lalu di pemberitaan CNN, Ayah Mirna, Darmawan Salihin memang tidak menampik, Mirna memang memiliki asuransi. Namun dia tak merinci jenis asuransi yang dimiliki Mirna. Salah satu kuasa hukum Jessica Wongso, Dame Purba menanyakan pada Darmawan soal asuransi tersebut. "Berapa besar asuransinya?" tanya Dame ke Darmawan.. "10 juta," jawab Darmawan. "10 juta apa?" cecar Dame. "Ya rupiah. Rp10 juta. Kita kan tinggal di Indonesia, ya mata uangnya rupiah," ucap Darmawan. Baik asuransi jiwa, kesehatan, atau penyakit kritis, besaran pertanggungan Rp 10 juta sejatinya sangat kecil. Walau preminya murah, besar kemungkinan proteksi orang yang bersangkutan menjadi tidak maksimal. Dalam asuransi jiwa, besaran uang santunan semestinya bisa dimanfaatkan keluarga untuk membiayai hidup dan melunasi utang. Lantas jika Anda berniat membeli asuransi jiwa, berapakah santunan ideal yang harus Anda miliki? Berikut perhitungannya. Uang pertanggungan asuransi jiwaUang pertanggungan jumlahnya harus ideal. Tidak berlebih dan tidak boleh terlalu sedikit. Karena jika berlebih Anda akan kesulitan untuk menabung dan investasi, tapi jika kurang maka proteksi kita tidak maksimal. Cara mudahnya adalah dengan menggunakan perhitungan berdasarkan pengeluaran tahunan. Dalam metode ini, Anda menghitung besarnya uang pertanggungan dengan memperhitungkan besarnya bunga atau return apabila uang pertanggungan yang akan diterima disimpan dalam produk investasi. Adapun rumusnya adalah: Uang Pertanggungan = Pengeluaran setahun/Imbal investasi rendah risiko per tahun Berikut simulasinya: Pengeluaran tahunan Anda adalah Rp 120 juta, dan jika asumsi investasi rendah risiko (surat berharga negara) adalah 5%, maka segini besaran uang pertanggungan asuransi jiwa yang ideal untuk Anda. UP= Rp 120 Juta/5% = Rp 2,4 miliar Apabila Anda wafat dan keluarganya mengklaim uang pertanggungan yang sebesar Rp 2,4 miliar, uang tersebut bisa diinvestasikan kembali ke surat utang negara lain yang belum jatuh tempo. Jika imbal hasil dari surat utang negara yang dipilih adalah adalah 6%, maka dalam setahun keluarga Anda bisa mendapatkan penghasilan pasif sebesar Rp 10,8 juta (sudah dipotong pajak final SBN 10%). Dengan itu, beban finansial keluarga Anda pun bisa berkurang. |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|