Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)Jakarta, CNBC Indonesia - Walaupun suku bunganya tidak sebesar bank umum berdenominasi Rupiah, bank perekonomian rakyat (BPR) atau bank digital, deposito valuta asing (valas) tentu masih bisa memberikan keuntungan berlebih yang bisa didapat.
Sebelumnya, data Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa dana pihak ketiga (DPK), simpanan berjangka pada Mei tahun ini tercatat Rp 2.931,8 triliun. Nilai tersebut naik 8,2% (yoy) pada Mei 2023, melesat dibandingkan pada April yang tercatat 5,5%. Sementara itu simpanan berjangka (deposito) valas tercatat Rp 305,1 triliun pada Mei lalu, atau naik 15,1% dibandingkan pada April yang tumbuh 10,3%. Bisa dibilang, kenaikan jumlah simpanan ini terbilang cukup signifikan. Baca: Wah! Orang RI Makin Doyan Main Deposito Dolar Seperti yang tertulis di situs resmi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tingkat bunga penjaminan simpanan valuta asing hanya 2,25%. Jumlah ini jauh lebih rendah ketimbang simpanan dengan denominasi Rupiah baik di bank umum atau BPR. Baca: Wah! Orang RI Makin Doyan Main Deposito DolarNamun, patut Anda ketahui bahwa ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari deposito valas ini, berikut ulasannya. Keuntungan kurs dalam jangka panjangSeiring dengan berjalannya waktu, perubahan nilai tukar antara Dolar Amerika Serikat (AS) dengan Rupiah tentu akan mempengaruhi keuntungan Anda. Semakin menguatnya mata uang asing terhadap Rupiah, maka semakin besar pula keuntungan kurs yang Anda dapatkan. Hal ini pun bisa menciptakan sebuah lindung nilai terhadap simpanan yang Anda miliki. Uang saku ketika traveling ke luar negeri Ketika Anda memiliki rencana bepergian ke luar negeri baik dalam urusan ibadah maupun hanya sebatas traveling, maka Anda bisa mendapatkan tambahan uang saku dari simpanan deposito valas ini. Tugas Anda mengumpulkan uang untuk membiayai akomodasi akan sedikit berkurang dengan adanya deposito ini. Tambahan biaya pendidikan anak jenjang tinggiApakah Anda juga berencana menyekolahkan anak di luar negeri? Deposito valas Anda mungkin bisa digunakan untuk menambah investasi jangka panjang Anda. Namun ketahuilah bahwa, ada baiknya untuk melakukan diversifikasi investasi untuk jangka panjang. Manfaatkan instrumen seperti saham, reksa dana saham, atau surat berharga negara (SBN) untuk membantu Anda mengumpulkan uang.
0 Comments
Foto: Infografis/ PNS WFA (Work From Anywhare)/ Edward Ricardo
Jakarta CNBC Indonesia - Jatah cuti tahunan para pegawai negeri sipil (PNS) tak akan berkurang meski mengambil libur saat cuti bersama, seperti cuti bersama pada 28 dan 30 Juni 2023 Hari Raya Idul Adha. Ketentuan ini berbeda dengan pegawai swasta. Ketetapan soal jatah cuti ini tertuang dalam diktum kedua Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Cuti Bersama Aparatur Sipil Negara Tahun 2023. "Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu tidak mengurangi hak cuti tahunan Pegawai Aparatur Sipil Negara," dikutip dari Keppres tersebut, Kamis (22/6/2023). Namun, dalam diktum ketiga disebutkan juga bagi para ASN, termasuk PNS yang karena jabatannya tidak diberikan hak atas cuti bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak diberikan. Bagi pegawai swasta, ketentuannya dimuat dalam Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/3/HK.04/IV/2022 tentang Pelaksanaan Cuti Bersama Pada Perusahaan. Bila pegawai swasta mengambil libur saat tanggal cuti bersama, maka jatah cuti tahunannya terpotong. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menjelaskan, ini karena cuti bersama merupakan bagian dari cuti tahunan. Bagi pegawai swasta pun pelaksanaan cuti bersama bersifat fakultatif atau pilihan sesuai dengan kesepatan antara pengusaha fan pekerja atau serikat pekerja/buruh. Ia menekankan, bagi para pegawai atau buruh yang tidak mengambil libur saat cuti bersama itu pun tidak akan mendapatkan perhitungan lembur, sehingga pendapatan yang ia terima pun sama saja seperti upah atau gaji yang biasa diterima. "Pekerja atau buruh yang melaksanakan cuti pada hari cuti bersama, hak cuti yang diambilnya mengurangi hak atas cuti tahunan pekerja atau buruh yang bersangkutan," ujar Ida. "Kemudian pekerja atau buruh yang bekerja pada hari cuti bersama hak cuti tahunannya tidak berkurang dan kepadanya dibayarkan upah seperti hari kerja biasa," ungkapnya Pertamina menggelar acara Pertamina menggelar acara "Pertamina AKHLAK Festival 2023", sekaligus memperingati perjalanan 3 tahun transformasi organisasi yang berlangsung sejak 2020. (Pertamina) Jakarta, Beritasatu.com - Sepanjang tiga tahun menjalankan transformasi organisasi, PT Pertamina (Persero) berkomitmen kuat dalam menegakkan budaya kerja AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adatif, Kolaboratif). Untuk meningkatkan komitmen atas budaya tersebut, Perseroan menggelar acara "Pertamina AKHLAK Festival 2023", sekaligus memperingati perjalanan 3 tahun transformasi organisasi yang berlangsung sejak 2020. Acara turut dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, bersama dengan Komisaris Utama Basuki Tjahaja Purnama dan jajaran komisaris, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati beserta jajaran direksi Pertamina Holding dan Subholding. Acara juga dihadiri oleh 3.000 pekerja Pertamina, di Lapangan Tennis Indoor Senayan, Rabu, (21/6/2023). Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso berharap acara ini mampu menjadi perekat bagi seluruh Pertamina Wira (Perwira) setelah terbentuknya Holding dan Subholding. BACA JUGA Pertamina Energizing Your Action, Wujudkan Generasi Peduli Lingkungan Advertisement "Festival AKHLAK juga dapat membentuk mindset sense of urgency budaya ONE (Onward to Next level of Excellence) Pertamina," ujar Fadjar. Acara tersebut, lanjut Fadjar akan menampilkan berbagai upaya internalisasi dan implementasi budaya kerja AKHLAK di lingkungan Pertamina Grup. "AKHLAK bagi Pertamina sebagai identitas dan implementasi budaya kerja yang mendukung peningkatan kinerja Pertamina dan entitas anak usahanya secara berkelanjutan," imbuhnya. Menurut Fadjar, dengan panduan budaya kerja AKHLAK dari Kementerian BUMN, pihaknya telah berhasil mengimplementasikan One Pertamina untuk mendukung transformasi perusahaan dan berdampak positif bagi peningkatan kinerja Pertamina. "Dengan AKHLAK kami dapat mewujudkan aspirasi pemegang saham menjadi perusahaan energi global yang terdepan dengan market value US$ 100 miliar," jelas Fadjar. BACA JUGA AstraPay Banjir Promo di Gelaran Semesta Berpesta Bandung Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target net zero emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian sustainable development goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan environmental, social & governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. Pertamina menggelar acara "Pertamina AKHLAK Festival 2023", sekaligus memperingati perjalanan 3 tahun transformasi organisasi yang berlangsung sejak 2020. (Pertamina) Jakarta, Beritasatu.com - Sepanjang tiga tahun menjalankan transformasi organisasi, PT Pertamina (Persero) berkomitmen kuat dalam menegakkan budaya kerja AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adatif, Kolaboratif). Untuk meningkatkan komitmen atas budaya tersebut, Perseroan menggelar acara "Pertamina AKHLAK Festival 2023", sekaligus memperingati perjalanan 3 tahun transformasi organisasi yang berlangsung sejak 2020. Acara turut dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, bersama dengan Komisaris Utama Basuki Tjahaja Purnama dan jajaran komisaris, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati beserta jajaran direksi Pertamina Holding dan Subholding. Acara juga dihadiri oleh 3.000 pekerja Pertamina, di Lapangan Tennis Indoor Senayan, Rabu, (21/6/2023). Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso berharap acara ini mampu menjadi perekat bagi seluruh Pertamina Wira (Perwira) setelah terbentuknya Holding dan Subholding. BACA JUGAPertamina Energizing Your Action, Wujudkan Generasi Peduli Lingkungan Advertisement "Festival AKHLAK juga dapat membentuk mindset sense of urgency budaya ONE (Onward to Next level of Excellence) Pertamina," ujar Fadjar. Acara tersebut, lanjut Fadjar akan menampilkan berbagai upaya internalisasi dan implementasi budaya kerja AKHLAK di lingkungan Pertamina Grup. "AKHLAK bagi Pertamina sebagai identitas dan implementasi budaya kerja yang mendukung peningkatan kinerja Pertamina dan entitas anak usahanya secara berkelanjutan," imbuhnya. Menurut Fadjar, dengan panduan budaya kerja AKHLAK dari Kementerian BUMN, pihaknya telah berhasil mengimplementasikan One Pertamina untuk mendukung transformasi perusahaan dan berdampak positif bagi peningkatan kinerja Pertamina. "Dengan AKHLAK kami dapat mewujudkan aspirasi pemegang saham menjadi perusahaan energi global yang terdepan dengan market value US$ 100 miliar," jelas Fadjar. BACA JUGAAstraPay Banjir Promo di Gelaran Semesta Berpesta Bandung Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target net zero emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian sustainable development goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan environmental, social & governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. Pertamina menggelar acara "Pertamina AKHLAK Festival 2023", sekaligus memperingati perjalanan 3 tahun transformasi organisasi yang berlangsung sejak 2020. (Pertamina) Jakarta, Beritasatu.com - Sepanjang tiga tahun menjalankan transformasi organisasi, PT Pertamina (Persero) berkomitmen kuat dalam menegakkan budaya kerja AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adatif, Kolaboratif). Untuk meningkatkan komitmen atas budaya tersebut, Perseroan menggelar acara "Pertamina AKHLAK Festival 2023", sekaligus memperingati perjalanan 3 tahun transformasi organisasi yang berlangsung sejak 2020. Acara turut dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, bersama dengan Komisaris Utama Basuki Tjahaja Purnama dan jajaran komisaris, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati beserta jajaran direksi Pertamina Holding dan Subholding. Acara juga dihadiri oleh 3.000 pekerja Pertamina, di Lapangan Tennis Indoor Senayan, Rabu, (21/6/2023). Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso berharap acara ini mampu menjadi perekat bagi seluruh Pertamina Wira (Perwira) setelah terbentuknya Holding dan Subholding. BACA JUGAPertamina Energizing Your Action, Wujudkan Generasi Peduli Lingkungan Advertisement "Festival AKHLAK juga dapat membentuk mindset sense of urgency budaya ONE (Onward to Next level of Excellence) Pertamina," ujar Fadjar. Acara tersebut, lanjut Fadjar akan menampilkan berbagai upaya internalisasi dan implementasi budaya kerja AKHLAK di lingkungan Pertamina Grup. "AKHLAK bagi Pertamina sebagai identitas dan implementasi budaya kerja yang mendukung peningkatan kinerja Pertamina dan entitas anak usahanya secara berkelanjutan," imbuhnya. Menurut Fadjar, dengan panduan budaya kerja AKHLAK dari Kementerian BUMN, pihaknya telah berhasil mengimplementasikan One Pertamina untuk mendukung transformasi perusahaan dan berdampak positif bagi peningkatan kinerja Pertamina. "Dengan AKHLAK kami dapat mewujudkan aspirasi pemegang saham menjadi perusahaan energi global yang terdepan dengan market value US$ 100 miliar," jelas Fadjar. BACA JUGAAstraPay Banjir Promo di Gelaran Semesta Berpesta Bandung Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target net zero emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian sustainable development goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan environmental, social & governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. Foto: REUTERS/Dado RuvicJakarta, CNBCIndonesia- Mayoritas kripto berada di zona hijau baik secara harian, maupun mingguan. Kripto mampu menguat di tengah ketidakpastian industri dan perekonomian global saat ini.
CoinMarketCap mencatat pergerakan mata uang kripto pada Selasa (20/6/2023) pukul 10.54 WIB. Bitcoin hari ini menguat 1,86% ke harga US$ 26.897,58 per koin. Dalam sepekan terakhir, Bitcoin menguat sebesar3,24%. Ethereum hari ini juga menguat 0,42% ke US$ 1.731,15 per koin, dalam sepekan terakhir ETH telah menguat 0,98%. Sementara itu, Binance yang terlihat berada di zona merah melemah 0,56% ke harga US$ 242,26 per koin. Dalam sepekan, BNB mampu menguat 3,44%. Bitcoin dan Ethereum sebagai pemimpin kapitalisasi pasar kripto mampu berada di zona hijau, pasca tren penurunan yang telah terjadi dalam 2-3 bulan ke belakang. Terdapat berbagai sentimen penggerak pasar kritpo. Kripto sendiri sebelumnya sempat dipandang akan cukup bullish pasca rapat komite Amerika Serikat FOMC (Federal Open Market Committee) yang mengindikasikan suku bunga ditahan. Namun, suku bunga AS yang masih berada di 5,25% belum mampu mendorong kripto mengalami penguatan. Tidak dinaikkannya suku bunga AS berpotensi menyebabkan perlambatan ekonomi yang lebih lama dan belum menunjukkan adanya perbaikan. Selain itu, The Fed masih berpotensi menaikkan suku bunga acuannya dua kali pada akhir tahun ini. Sentimen tersebut berpotensi menahan fase bullish kripto, mengingat era suku bunga tinggi masih cukup panjang dan kondisi terburuk belum tercermin. Selain itu, gugatan hukum Binance dan Coinbase turut menjadi potensi kripto terkoreksi. Komisi Sekuritas dan Bursa AS (Securities and Exchange Commission/SEC) menggugat Binance terkait penempatan dana investor pada aset dengan risiko yang signifikan. Binance dituduh melakukan pengelolaan dana penggunanya di entitas afiliasi pendiri, mengoperasikan platform di Amerika Serikat tanpa izin resmi, menawarkan aset yang tidak terdatar, dan sebagainya. Permasalahan Coinbase tidak jauh dengan yang dilakukan Binance, yaitu menawarkan surat berharga tak terdaftar. Melansir SeekAlpha, Coinbase mengoperasikan perdagangan aset yang belum terdaftar, seperti bursa saham AS (New York Stock Exchange/NYSE). Permasalahan ini menyebabkan investor khawatir dananya dibekukan. Binance dan Coinbase sebagai platform kripto dengan volume perdagangan terbesar mendorong pelaku pasar menarik dananya atas kekhawatiran tersebut. Terbaru, Binance dan SEC mencapai kesepakatan untuk menghindari pembekuan aset pelanggan dan aset pelanggan tetap disimpan di AS. Perjanjian tersebut akan mencegah aset dan dana pelanggan AS berpindah ke luar negeri, namun Changpeng Zhou selaku pendiri tidak memiliki kendali atas aset tersebut. Foto: Shutterstock/Jakarta, CNBC Indonesia - Obligasi atau sukuk, adalah salah satu kelas aset investasi yang bisa menghasilkan pendapatan pasif layaknya deposito. Karena itulah aset yang satu ini kerap disebut dengan istilah instrumen pendapatan tetap.
Obligasi seringkali disebut sebagai surat utang karena instrumen yang satu ini memang berbasis utang. Namun sukuk, lebih sering disebut surat berharga lantaran dalam syariat Islam, bunga atas utang adalah suatu hal yang dilarang. Maka dari itu, istilah "pembiayaan" lebih tepat digunakan untuk instrumen syariah ini. Sebagai investor, kita tentu bisa membeli obligasi dan suku. Namun konsekuensinya adalah, kita hanya bisa melakukannya dengan cara lumpsum atau sekali bayar. Ketika modal investasi kita pas-pasan, maka imbal hasil yang didapat dari instrumen ini juga tidak menarik. Adapun cara lain untuk bisa memiliki instrumen keuangan dengan imbal hasil mirip dengan obligasi atau reksa dana adalah dengan membeli reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang sebagian besar portofolionya didominasi instrumen pendapatan tetap, baik itu sukuk maupun surat utang jangka panjang. Dengan ini, Anda tentu bisa mendapatkan portofolio investasi dengan return yang mirip instrumen pendapatan tetap terkait. Secara jenisnya, reksa dana pendapatan tetap tentu ada yang berjenis syariah, berbasis sukuk, maupun yang konvensional. Namun secara komposisi obligasinya, ada pula yang didominasi Surat Berharga Negara (SBN) atau Surat Utang Korporasi. Kedua hal tersebut tentu akan mempengaruhi risiko dari reksa dana pendapatan tetap yang bersangkutan. Ketika sebagian besar aset yang ada di reksa dana itu adalah SBN, maka fluktuasi nilai reksa dana tersebut akan terlihat fluktuatif lantaran SBN merupakan aset yang aktif diperdagangkan di pasar sekunder. Sementar itu obligasi korporasi juga kerap diperdagangkan, namun volumenya tidak sebesar SBN. Jika Anda membeli obligasi secara langsung, maka usai obligasi jatuh tempo, investasi Anda akan selesai dan modal Anda akan dikembalikan. Namun jika Anda membelinya lewat reksa dana, obligasi-obligasi jatuh tempo yang ada di portofolio akan diganti oleh obligasi baru oleh manajer investasi pengelola reksa dana itu. Pada intinya, reksa dana maupun obligasi langsung adalah sama-sama instrumen investasi yang baik. Hanya saja, peruntukkan investasi ini cukup berbeda. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. (Beritasatu Photo / Istimewa) Jakarta, Beritasatu.com - WOM Finance bekerja sama dengan Credit Bureau Indonesia (CBI) untuk menggenjot kualitas manajemen risiko kredit. Dengan kerja sama ini, WOM Finance dapat memanfaatkan layanan informasi perkreditan yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen risiko dari CBI. CBI adalah perusahaan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), sedangkan WIM Finance adalah perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Kedua lembaga tersebut telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai perusahaan yang berkomitmen menyediakan akses fasilitas kredit kepada masyarakat, WOM Finance selalu berupaya untuk meningkatkan keandalan dan keefektifan dalam menilai risiko kredit. Advertisement “Kami menggunakan custom-scores yang disesuaikan dengan risk-apetite dan kultur bisnis kami," kata Njauw Vido Onadi, direktur WOM Finance, Jumat (16/6/2023). Di sisi lain, CBI merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang memberikan layanan solusi-solusi yang inovatif atas informasi perkreditan yang akurat dan andal. Melalui layanan CBI, WOM Finance dapat memperoleh informasi perkreditan sesuai manajemen risiko perusahaan yang unik atas profil risiko calon peminjam. Informasi yang unik tersebut sangat berharga dalam mengevaluasi risiko kredit yang terkait dalam pemrosesan setiap pengajuan pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Njauw Vido Onadi, menambahkan, layanan CBI dapat memenuhi bagian-bagian yang dibutuhkan perseroan. Kemampuan CBI dalam menyediakan kustomisasi sangat bernilai bagi perseroan. “Solusi yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan kami yang unik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan proses kredit kami,” tegas dia. Dengan menggunakan solusi dari CBI, dia melanjutkan, WOM Finance telah memperkuat manajemen risiko mereka dan secara efektif mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih sehat. Kerja sama ini mencerminkan komitmen WOM Finance dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. (Beritasatu Photo / Istimewa) Jakarta, Beritasatu.com - WOM Finance bekerja sama dengan Credit Bureau Indonesia (CBI) untuk menggenjot kualitas manajemen risiko kredit. Dengan kerja sama ini, WOM Finance dapat memanfaatkan layanan informasi perkreditan yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen risiko dari CBI. CBI adalah perusahaan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), sedangkan WIM Finance adalah perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Kedua lembaga tersebut telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BACA JUGAPacu Pembiayaan, WOM Finance Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun Sebagai perusahaan yang berkomitmen menyediakan akses fasilitas kredit kepada masyarakat, WOM Finance selalu berupaya untuk meningkatkan keandalan dan keefektifan dalam menilai risiko kredit. Advertisement “Kami menggunakan custom-scores yang disesuaikan dengan risk-apetite dan kultur bisnis kami," kata Njauw Vido Onadi, direktur WOM Finance, Jumat (16/6/2023). Di sisi lain, CBI merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang memberikan layanan solusi-solusi yang inovatif atas informasi perkreditan yang akurat dan andal. Melalui layanan CBI, WOM Finance dapat memperoleh informasi perkreditan sesuai manajemen risiko perusahaan yang unik atas profil risiko calon peminjam. Informasi yang unik tersebut sangat berharga dalam mengevaluasi risiko kredit yang terkait dalam pemrosesan setiap pengajuan pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Njauw Vido Onadi, menambahkan, layanan CBI dapat memenuhi bagian-bagian yang dibutuhkan perseroan. Kemampuan CBI dalam menyediakan kustomisasi sangat bernilai bagi perseroan. “Solusi yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan kami yang unik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan proses kredit kami,” tegas dia. Dengan menggunakan solusi dari CBI, dia melanjutkan, WOM Finance telah memperkuat manajemen risiko mereka dan secara efektif mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih sehat. Kerja sama ini mencerminkan komitmen WOM Finance dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. (Beritasatu Photo / Istimewa) Jakarta, Beritasatu.com - WOM Finance bekerja sama dengan Credit Bureau Indonesia (CBI) untuk menggenjot kualitas manajemen risiko kredit. Dengan kerja sama ini, WOM Finance dapat memanfaatkan layanan informasi perkreditan yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen risiko dari CBI. CBI adalah perusahaan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), sedangkan WIM Finance adalah perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Kedua lembaga tersebut telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BACA JUGAPacu Pembiayaan, WOM Finance Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun Sebagai perusahaan yang berkomitmen menyediakan akses fasilitas kredit kepada masyarakat, WOM Finance selalu berupaya untuk meningkatkan keandalan dan keefektifan dalam menilai risiko kredit. Advertisement “Kami menggunakan custom-scores yang disesuaikan dengan risk-apetite dan kultur bisnis kami," kata Njauw Vido Onadi, direktur WOM Finance, Jumat (16/6/2023). Di sisi lain, CBI merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang memberikan layanan solusi-solusi yang inovatif atas informasi perkreditan yang akurat dan andal. Melalui layanan CBI, WOM Finance dapat memperoleh informasi perkreditan sesuai manajemen risiko perusahaan yang unik atas profil risiko calon peminjam. Informasi yang unik tersebut sangat berharga dalam mengevaluasi risiko kredit yang terkait dalam pemrosesan setiap pengajuan pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Njauw Vido Onadi, menambahkan, layanan CBI dapat memenuhi bagian-bagian yang dibutuhkan perseroan. Kemampuan CBI dalam menyediakan kustomisasi sangat bernilai bagi perseroan. “Solusi yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan kami yang unik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan proses kredit kami,” tegas dia. Dengan menggunakan solusi dari CBI, dia melanjutkan, WOM Finance telah memperkuat manajemen risiko mereka dan secara efektif mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih sehat. Kerja sama ini mencerminkan komitmen WOM Finance dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. (Beritasatu Photo / Istimewa) Jakarta, Beritasatu.com - WOM Finance bekerja sama dengan Credit Bureau Indonesia (CBI) untuk menggenjot kualitas manajemen risiko kredit. Dengan kerja sama ini, WOM Finance dapat memanfaatkan layanan informasi perkreditan yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen risiko dari CBI. CBI adalah perusahaan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), sedangkan WIM Finance adalah perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Kedua lembaga tersebut telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BACA JUGAPacu Pembiayaan, WOM Finance Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun Sebagai perusahaan yang berkomitmen menyediakan akses fasilitas kredit kepada masyarakat, WOM Finance selalu berupaya untuk meningkatkan keandalan dan keefektifan dalam menilai risiko kredit. Advertisement “Kami menggunakan custom-scores yang disesuaikan dengan risk-apetite dan kultur bisnis kami," kata Njauw Vido Onadi, direktur WOM Finance, Jumat (16/6/2023). Di sisi lain, CBI merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang memberikan layanan solusi-solusi yang inovatif atas informasi perkreditan yang akurat dan andal. Melalui layanan CBI, WOM Finance dapat memperoleh informasi perkreditan sesuai manajemen risiko perusahaan yang unik atas profil risiko calon peminjam. Informasi yang unik tersebut sangat berharga dalam mengevaluasi risiko kredit yang terkait dalam pemrosesan setiap pengajuan pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Njauw Vido Onadi, menambahkan, layanan CBI dapat memenuhi bagian-bagian yang dibutuhkan perseroan. Kemampuan CBI dalam menyediakan kustomisasi sangat bernilai bagi perseroan. “Solusi yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan kami yang unik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan proses kredit kami,” tegas dia. Dengan menggunakan solusi dari CBI, dia melanjutkan, WOM Finance telah memperkuat manajemen risiko mereka dan secara efektif mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih sehat. Kerja sama ini mencerminkan komitmen WOM Finance dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. (Beritasatu Photo / Istimewa) Jakarta, Beritasatu.com - WOM Finance bekerja sama dengan Credit Bureau Indonesia (CBI) untuk menggenjot kualitas manajemen risiko kredit. Dengan kerja sama ini, WOM Finance dapat memanfaatkan layanan informasi perkreditan yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen risiko dari CBI. CBI adalah perusahaan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), sedangkan WIM Finance adalah perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Kedua lembaga tersebut telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BACA JUGA Pacu Pembiayaan, WOM Finance Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun Sebagai perusahaan yang berkomitmen menyediakan akses fasilitas kredit kepada masyarakat, WOM Finance selalu berupaya untuk meningkatkan keandalan dan keefektifan dalam menilai risiko kredit. Advertisement “Kami menggunakan custom-scores yang disesuaikan dengan risk-apetite dan kultur bisnis kami," kata Njauw Vido Onadi, direktur WOM Finance, Jumat (16/6/2023). Di sisi lain, CBI merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang memberikan layanan solusi-solusi yang inovatif atas informasi perkreditan yang akurat dan andal. Melalui layanan CBI, WOM Finance dapat memperoleh informasi perkreditan sesuai manajemen risiko perusahaan yang unik atas profil risiko calon peminjam. Informasi yang unik tersebut sangat berharga dalam mengevaluasi risiko kredit yang terkait dalam pemrosesan setiap pengajuan pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Njauw Vido Onadi, menambahkan, layanan CBI dapat memenuhi bagian-bagian yang dibutuhkan perseroan. Kemampuan CBI dalam menyediakan kustomisasi sangat bernilai bagi perseroan. “Solusi yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan kami yang unik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan proses kredit kami,” tegas dia. Dengan menggunakan solusi dari CBI, dia melanjutkan, WOM Finance telah memperkuat manajemen risiko mereka dan secara efektif mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih sehat. Kerja sama ini mencerminkan komitmen WOM Finance dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. (Beritasatu Photo / Istimewa) Jakarta, Beritasatu.com - WOM Finance bekerja sama dengan Credit Bureau Indonesia (CBI) untuk menggenjot kualitas manajemen risiko kredit. Dengan kerja sama ini, WOM Finance dapat memanfaatkan layanan informasi perkreditan yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen risiko dari CBI. CBI adalah perusahaan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), sedangkan WIM Finance adalah perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Kedua lembaga tersebut telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BACA JUGAPacu Pembiayaan, WOM Finance Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun Sebagai perusahaan yang berkomitmen menyediakan akses fasilitas kredit kepada masyarakat, WOM Finance selalu berupaya untuk meningkatkan keandalan dan keefektifan dalam menilai risiko kredit. Advertisement “Kami menggunakan custom-scores yang disesuaikan dengan risk-apetite dan kultur bisnis kami," kata Njauw Vido Onadi, direktur WOM Finance, Jumat (16/6/2023). Di sisi lain, CBI merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang memberikan layanan solusi-solusi yang inovatif atas informasi perkreditan yang akurat dan andal. Melalui layanan CBI, WOM Finance dapat memperoleh informasi perkreditan sesuai manajemen risiko perusahaan yang unik atas profil risiko calon peminjam. Informasi yang unik tersebut sangat berharga dalam mengevaluasi risiko kredit yang terkait dalam pemrosesan setiap pengajuan pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Njauw Vido Onadi, menambahkan, layanan CBI dapat memenuhi bagian-bagian yang dibutuhkan perseroan. Kemampuan CBI dalam menyediakan kustomisasi sangat bernilai bagi perseroan. “Solusi yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan kami yang unik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan proses kredit kami,” tegas dia. Dengan menggunakan solusi dari CBI, dia melanjutkan, WOM Finance telah memperkuat manajemen risiko mereka dan secara efektif mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih sehat. Kerja sama ini mencerminkan komitmen WOM Finance dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. (Beritasatu Photo / Istimewa) Jakarta, Beritasatu.com - WOM Finance bekerja sama dengan Credit Bureau Indonesia (CBI) untuk menggenjot kualitas manajemen risiko kredit. Dengan kerja sama ini, WOM Finance dapat memanfaatkan layanan informasi perkreditan yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen risiko dari CBI. CBI adalah perusahaan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), sedangkan WIM Finance adalah perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Kedua lembaga tersebut telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BACA JUGAPacu Pembiayaan, WOM Finance Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun Sebagai perusahaan yang berkomitmen menyediakan akses fasilitas kredit kepada masyarakat, WOM Finance selalu berupaya untuk meningkatkan keandalan dan keefektifan dalam menilai risiko kredit. Advertisement “Kami menggunakan custom-scores yang disesuaikan dengan risk-apetite dan kultur bisnis kami," kata Njauw Vido Onadi, direktur WOM Finance, Jumat (16/6/2023). Di sisi lain, CBI merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang memberikan layanan solusi-solusi yang inovatif atas informasi perkreditan yang akurat dan andal. Melalui layanan CBI, WOM Finance dapat memperoleh informasi perkreditan sesuai manajemen risiko perusahaan yang unik atas profil risiko calon peminjam. Informasi yang unik tersebut sangat berharga dalam mengevaluasi risiko kredit yang terkait dalam pemrosesan setiap pengajuan pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Njauw Vido Onadi, menambahkan, layanan CBI dapat memenuhi bagian-bagian yang dibutuhkan perseroan. Kemampuan CBI dalam menyediakan kustomisasi sangat bernilai bagi perseroan. “Solusi yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan kami yang unik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan proses kredit kami,” tegas dia. Dengan menggunakan solusi dari CBI, dia melanjutkan, WOM Finance telah memperkuat manajemen risiko mereka dan secara efektif mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih sehat. Kerja sama ini mencerminkan komitmen WOM Finance dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. WOM Finance meluncurkan program bunga rendah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan di saat pandemi Covid-19. (Beritasatu Photo / Istimewa) Jakarta, Beritasatu.com - WOM Finance bekerja sama dengan Credit Bureau Indonesia (CBI) untuk menggenjot kualitas manajemen risiko kredit. Dengan kerja sama ini, WOM Finance dapat memanfaatkan layanan informasi perkreditan yang disesuaikan dengan kebutuhan manajemen risiko dari CBI. CBI adalah perusahaan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), sedangkan WIM Finance adalah perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Kedua lembaga tersebut telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BACA JUGAPacu Pembiayaan, WOM Finance Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun Sebagai perusahaan yang berkomitmen menyediakan akses fasilitas kredit kepada masyarakat, WOM Finance selalu berupaya untuk meningkatkan keandalan dan keefektifan dalam menilai risiko kredit. Advertisement “Kami menggunakan custom-scores yang disesuaikan dengan risk-apetite dan kultur bisnis kami," kata Njauw Vido Onadi, direktur WOM Finance, Jumat (16/6/2023). Di sisi lain, CBI merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang memberikan layanan solusi-solusi yang inovatif atas informasi perkreditan yang akurat dan andal. Melalui layanan CBI, WOM Finance dapat memperoleh informasi perkreditan sesuai manajemen risiko perusahaan yang unik atas profil risiko calon peminjam. Informasi yang unik tersebut sangat berharga dalam mengevaluasi risiko kredit yang terkait dalam pemrosesan setiap pengajuan pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Njauw Vido Onadi, menambahkan, layanan CBI dapat memenuhi bagian-bagian yang dibutuhkan perseroan. Kemampuan CBI dalam menyediakan kustomisasi sangat bernilai bagi perseroan. “Solusi yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan kami yang unik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan proses kredit kami,” tegas dia. Dengan menggunakan solusi dari CBI, dia melanjutkan, WOM Finance telah memperkuat manajemen risiko mereka dan secara efektif mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih sehat. Kerja sama ini mencerminkan komitmen WOM Finance dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan juga kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Foto: Karyawati menunjukkan emas PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) di salah satu gallery penjualan emas di Jakarta, Kamis (4/5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk menahan kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan Juni 2023. Seharusnya hal tersebut menjadi kabar baik bagi emas, tapi kenyataannya tidak demikian.
Pada penutupan perdagangan Rabu (14/6/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$1.942,99 per troy ons, melemah tipis 0,015% dari posisi sebelumnya. Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif emas yang turun sejak Jumat pekan lalu. Harga emas sudah ambruk 1,25% dalam empat hari terakhir. Ditahannya suku bunga acuan The Fed ini memang sudah sesuai ekspektasi pasar. Namun, harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus dikubur dalam-dalam. Sebab, The Fed juga mengisyaratkan untuk menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi ke depan. Hal ini berdasarkan median proyeksi The Fed yang memperkirakan suku bunga ada di kisaran 5,5-5,75% pada 2023 dari 5-5,25% sebelumnya. Harga emas dalam negeri pun ikut turun. Misalnya saja emas yang dijual di Pegadaian yakni jenis Antam, Retro, dan UBS kompak turun Rp6.000 pada satuan satu gram, Kamis (15/6/2023). Begitu pula dengan emas Antam yang ikut turun Rp1.000 menjadi Rp1.052.000 per gram pada perdagangan hari ini. Penurunan harga emas saat ini bisa dijadikan momentum untuk membeli emas batangan di harga diskon jika ingin berinvestasi di emas. Investasi di emas lebih baik untuk jangka panjang seperti lima tahun ke atas untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Suku bunga memiliki pengaruh terhadap laju harga emas. Sebab emas adalah instrumen investasi yang tidak memberikan bunga sehingga menjadi kurang menarik bagi investor. Saat permintaan turun, harga akan mengikuti. Jika emas dunia turun, harga emas di Indonesia seperti Antam dan di Pegadaian akan juga turun karena emas dunia adalah acuan dalam penetapan harga. Foto: Ilustrasi Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas Antam kembali turun pada perdagangan hari ini, Rabu (14/6/23) mengikuti pelemahan yang terjadi pada emas dunia. Di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung, harga emas Antam ukuran 1 gram turun Rp. 6.000 menjadi Rp. 1.053.000 per batang.
Pada sisi yang sama, harga pembelian kembali atau buyback emas Antam ditetapkan sebesar Rp 934 ribu per gram, harga tersebut juga turun Rp. 6.000 dari perdagangan sebelumnya. Harga emas Antam yang diperjualbelikan beragam dari segi ukurannya. Agar lebih jelasnya, simak data harga emas hari ini. Hingga saat ini harga emas Antam telah berkurang Rp. 9.000 sejak terakhir kali harganya tidak berubah di level Rp. 1.062.000 pada Senin (12/6/23) lalu. Berikut grafik pergerakan harga emas Antam: Kinerja emas Antam hari ini mengekor emas dunia yang melemah setelah inflasi Amerika Serikat (AS) melandai. Pada perdagangan Selasa (13/6/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.943,33 per troy ons. Harganya melandai 0,69%. Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif emas yang juga melemah sejak Jumat pekan lalu. Harga emas sudah ambruk 1,24% dalam tiga hari terakhir. Harga emas tetap melandai meskipun inflasi AS turun tajam. Hal ini berbanding terbalik dengan proyeksi banyak orang sebelumnya yang memperkirakan emas akan melaju kencang saat inflasi AS melandai. Inflasi menjadi salah satu pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga. Dengan inflasi yang melandai maka The Fed diharapkan segera mengakhiri kenaikan suku bunga. Inflasi AS tercatat 4,0 % (year on year/yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir. Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%). Analis independen, Tai Wong, menjelaskan emas tetap melemah karena masih ada peluang The Fed menaikkan suku bunga karena inflasi inti masih kencang. Inflasi inti- di luar kelompok volatile- AS masih tercatat 5,3% (yoy) pada Mei 2023, turun sedikit dibandingkan pada April yang tercatat 5,5%. "Emas tidak bisa menikmati dampak positif dari melandainya inflasi karena meningkatnya kekhawatiran The Fed akan tetap menaikkan suku bunga," tutur Tai Wong, dikutip dari Reuters. Analis dari TD Securities, Daniel Ghali, mengatakan pelemahan emas menunjukkan jika pelaku pasar sudah priced in dengan melandainya inflasi. Sebagian pelaku pasar menginginkan The Fed segera memangkas suku bunga bukan mempertahankan. "Pelaku pasar jelas sepakat jika The Fed akan segera mengakhiri kenaikan tetapi pasar akan bereaksi berbeda dengan dipertahankannya suku bunga," tutur Ghali. CNBC INDONESIA RESEARCH Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal LinggaJakarta, CNBC Indonesia - Harga emas batangan di PT Pegadaian terpantau turun tipis pada perdagangan awal pekan ini, Selasa (13/6/2023). Hanya jenis Antam yang tidak bergerak.
Pegadaian sendiri menjual berbagai jenis emas, yaitu emas Antam, Antam Retro, Antam Batik, dan UBS. Ukurannya pun dijual beragam, mulai dari 0,5 gram hingga 1.000 gram. Pada perdagangan hari ini, harga emas Antam ukuran satu gram dibanderol tetap di Rp1.089.000. Emas ini tersedia mulai ukuran/satuan 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harganya naik Rp8.000 per gram. Sementara itu, emas Antam Retro harga satu gram tetap senilai Rp1.041.000, turun Rp2.000 per gram. Emas Antam Retro adalah emas kemasan lama di mana keping emas dan sertifikatnya terpisah. Emas Antam Retro kali terakhir diproduksi pada 2018, dan tersedia mulai satuan 0,5 gram hingga 100 gram. Terakhir, harga emas UBS yang dikeluarkan PT Untung Bersama Sejahtera harganya di Rp 1.036.000 per gram, ikut turun Rp2.000 dari posisi kemarin. Emas UBS yang tersedia lengkap mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Satuan Harga Antam Harga Antam Retro Harga UBS 0.5 Rp 596,000 Rp 556,000 Rp 553,000 1 Rp 1,089,000 Rp 1,041,000 Rp 1,036,000 2 Rp 2,116,000 Rp 2,062,000 Rp 2,056,000 3 Rp 3,148,000 Rp 3,062,000 Rp - 5 Rp 5,213,000 Rp 5,088,000 Rp 5,078,000 10 Rp 10,368,000 Rp 10,112,000 Rp 10,102,000 25 Rp 25,792,000 Rp 25,136,000 Rp 25,204,000 50 Rp 51,502,000 Rp 50,179,000 Rp 50,303,000 100 Rp 102,923,000 Rp 100,268,000 Rp 100,565,000 250 Rp 257,035,000 Rp 250,368,000 Rp 251,339,000 500 Rp 513,853,000 Rp 500,495,000 Rp 502,084,000 1000 Rp 1,027,665,000 Rp 1,000,943,000 Rp - Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGAThrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGAFast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGAThrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGAFast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGAThrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGAFast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGAThrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGAFast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGAThrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGA Fast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGA Thrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGA Fast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGA Thrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGAFast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGAThrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGAFast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGAThrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. Ilustrasi fast fashion (Unsplash) Jakarta, Berita.com – Industri fashion telah mengubah cara pandang masyarakat tentang membeli pakaian. Fast fashion menjadi tren populer di kalangan konsumen pecinta fashion yang selalu ingin mendapatkan pakaian baru dengan cepat dan murah. Hal ini mendorong adanya sifat konsumtif yang membuat orang-orang ingin terus berbelanja dan mengikuti tren. Fast fashion sendiri adalah istilah yang digunakan industri pakaian dalam menghasilkan pakaian cepat, murah, dan tren yang selalu berubah. Konsep fast fashion ini melibatkan produksi secara massal pakaian yang dikonsumsi secara cepat oleh pelanggan. Di balik harga yang murah dan mengikuti tren, fast fashion memiliki dampak buruk yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah dampak buruk dari fast fashion bagi lingkungan. 1. Pencemaran Air Proses produksi fast fashion menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti pewarna azo, formaldehida, dan nonilfenol etoksilat (NPE). Limbah kimia dari proses produksi ini sering kali dibuang ke perairan tanpa adanya pengelolaan yang memadai sehingga menyebabkan pencemaran air dan mengancam kehidupan akuatik. Advertisement BACA JUGAFast Fashion, Thrifting Shop, dan Penyakit di Baliknya Hal ini juga memicu terjadinya pembuangan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya, pewarna, deterjen, dan limbah organik lainnya yang dapat mencemari air permukaan dan tanah di sekitarnya. 2. Limbah Tekstil Sulit Didaur Ulang Fast fashion menyebabkan peningkatan limbah tekstil yang sulit untuk didaur ulang. Mendorong konsumen untuk membeli pakaian yang baru secara terus-menerus membuat banyak pakaian yang akhirnya terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Banyak bahan pakaian fast fashion terbuat dari campuran serat yang sulit diurai. Pakaian umumnya terdiri dari campuran serat alami, seperti kapas atau wol dengan serat sintetis. Untuk terciptanya proses daur ulang yang efisien biasanya memerlukan serat yang sama atau seragam, sehingga campuran serat sulit didaur ulang dengan efektif. 3. Penggunaan Sumber Daya yang Berlebihan Permintaan tinggi akan serat alami, seperti kapas dalam industri pakaian fast fashion menyebabkan pembukaan lahan pertanian baru. Deforestasi akan merusak ekosistem alami, mengurangi keanekaragaman hayati, dan meningkatnya risiko kerusakan lingkungan. BACA JUGAThrifting Baju Bekas Impor Berpotensi Rusak Keunikan Produk Fashion Indonesia Selain itu, proses ini menghabiskan sumber daya air, energi, dan bahan baku. Produksi serat seperti kapas membutuhkan penggunaan air yang banyak dan proses memerlukan energi yang signifikan. 4. Emisi Gas Rumah Kaca Proses produksi pakaian fast fashion menggunakan bahan bakar fosil untuk mengoperasikan mesin dan peralatan. Produksi serat kapas dan polyester pun memerlukan energi yang besar. Dari penggunaan energi fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama emisi CO2. Siklus konsumsi yang secara terus-menerus dalam tren pakaian menyebabkan permintaan produksi yang tinggi. Dalam hal ini, artinya banyak energi yang digunakan dan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi. Pentingnya untuk menyadari dampak negatif dari fast fashion terhadap lingkungan dan mengambil langkah yang bijak untuk mengurangi dampak tersebut. Langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah membeli pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, mendukung merek dengan komitmen berkelanjutan, dan memperhatikan praktik daur ulang. |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|