PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Bursa Efek Indonesia akan mengocok ulang konstituen LQ45 untuk periode 6 bulan mendatang pada bulan Juli 2021 ini. Indeks LQ45 merupakan indeks acuan pasar modal yang sangat populer tentunya seluruh emiten yang melantai ingin bergabung ke dalam 'klub elite' ini.
Indeks ini merupakan indeks acuan pasar modal lokal dengan konstituen emiten-emiten yang memiliki prospek usaha yang cerah dan transaksi perdagangan yang likuid. PT BESTPROFIT Menjadi anggota LQ45 tentunya membawa keuntungan tersendiri bagi setiap emiten, salah satunya selain status prestige anggota LQ45 tentunya kinerja keuangan ataupun kinerja harga saham menjadi lebih tersorot apabila emiten merupakan anggota LQ45. BEST PROFIT Selain itu reksadana indeks yang menggunakan LQ45 sebagai indeks acuan juga sangat banyak sehingga tidak heran apa apabila saham-saham yang masuk LQ45 biasanya harganya melesat karena dikoleksi para manajer investasi sedangkan saham-saham yang terdepak terpaksa longsor karena dilego para MI. BESTPROFIT Meskipun demikian sulit nyatanya bergabung ke indeks elite ini karena diantara lebih dari 700 emiten yang melantai, hanya 45 emiten yang dapat bergabung. Hal ini karena syarat-syarat yang diterapkan untuk masuk ke indeks ini cukup ketat, diantaranya::
Di sektor finansial yang mencakup bobot terbesar indeks LQ45 dengan 6 konstituen yang 4 diantaranya memiliki kapitalisasi pasar besar, Semester depan indeks LQ45 di sektor finansial kemungkinan akan kedapatan pendatang baru. Dua emiten yang sedang 'hot' baik secara kinerja harga saham maupun total nilai transaksi adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). PT BESTPROFIT FUTURES Kedua emiten juga sukses meng-chekclist syarat-syarat bergabung ke LQ45 dimana keduanya sudah tercatat lebih dari 3 bulan, prospek keuangan dan pertumbuhan BRIS cukup cerah pasca merger, sementara itu ARTO diprediksi sudah mampu menetak laba tahun ini. Untuk urusan nilai transaksi tidak perlu ditanya, keduanya pada kuartal pertama masuk ke dalam ranking 50 besar saham dengan nilai transaksi terbesar di bursa dimana BRIS menduduki peringkat kelima dengan total nilai transaksi Rp 28 triliun dalam 61 hari sedangkan ARTO menduduki posisi 50 dengan total transaksi RP 5 triliun dalam periode yang sama. Bahkan di Q2, ARTO sukses menunjukkan bahwa nilai transaksinya kembali meningkat dimana dalam 10 hari perdagangan terakhir rata-rata nilai transaksi harian ARTO mencapai angka Rp 202 miliar per hari yang menunjukkan kenaikan nilai transaksi mencapai 140%. Sementara itu untuk BRIS, meskipun nilai transaksinya memang cenderung turun seiring dengan tergerusnya nilai transaksi di bursa lokal, akan tetapi nilai transaksi yang impresif masih mampu dibukukan BRIS. Tercatat 10 hari perdagangan terakhir nilai transaksi BRIS adalah sebesar Rp 297 miliar per hari. Nah apabila benar nantinya kedua emiten masuk menjadi penghuni baru indeks LQ45 maka komposisi sektor finansial di LQ45 akan terlalu berat dengan 8 emiten sehingga sepertinya sulit apabila tak ada saham finansial di LQ45 lain yang tertendang keluar. Saham finansial LQ45 yang berpotensi tertendang sepertinya akan jatuh kepada PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) karena sepertinya hampir tidak mungkin bursa menendang Big 4 bank dengan nilai aset terbesar di Indonesia (BBRI, BBCA, BMRI, BBNI) sementara untuk PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) posisinya memang masih agak rawan. Nilai transaksi BTPS memang terus tergerus bahkan sang emiten tak lagi masuk sebagai ke dalam datar 50 saham dengan nilai transaksi terbesar di bursa kuartal lalu, sementara BBTN kuartal lalu masih berada di posisi 28 dengan nilai transaksi Rp 7,2 triliun. Nilai transaksi rata-rata harian BTPS juga tergolong sangat mini, jauh berada di bawah BRIS dan ARTO dimana dalam rentang 10 hari terakhir BTPS nilai transaksi di saham BTPS hanyalah sebesar Rp 11 miliar per hari sementara itu untuk BBTN berada di angka Rp 24 miliar per hari. Sementara itu berpindah dari sektor finansial ke sektor konstruksi emiten-emiten konstruksi BUMN Karya berpotensi tertendang mengingat minat investor kepada saham-saham ini semakin turun. Melesatnya kasus Covid-19 yang menembus rekor 40 ribu kasus per hari dengan total kasus 2,5 juta memaksa pemerintah untuk mengalihkan dana pembangunan infrastruktur kepada penanganan corona sehingga emiten-emiten ini ditinggal oleh investor. Tercatat terdapat dua emiten konstruksi Pelat Merah yang menjadi anggota LQ45 yakni PT PP Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dimana transaksi keduanya cenderung sepi dan turun dari posisi Q1 dimana saat itu sentimen SWF sedang hangat-hangatnya. Tercatat 10 hari terakhir rata-rata nilai transaksi harian di PTPP hanyalah Rp 29 miliar, sedangkan WIKA jauh lebih rendah di angka Rp 25 miliar. Terakhir emiten peritel PT Ace Hardware Tbk (ACES) juga berpotensi tertendang mengingat sektor ritel sedang terseok-seok di tengah pandemi diiringi dengan semakin sepinya transaksi di saham ACES yang hanya berada di kisaran rata-rata Rp 30 miliar dalam 10 hari terakhir. Apalagi mengingat status perseroan yang keberlangsungan bisnisnya dipertanyakan pasca terserang Covid-19 sehingga sempat digugat Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) berberapa kali semester lalu. BPF Jadi emiten mana yang akan masuk dan akan tertendang dari 'Geng Anak Hits' LQ45? Tunggu saja tanggal mainya. Sumber : Jakarta, CNBC Indonesia
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|