Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)- Saham emiten small caps atau berkapitalisasi pasar (market cap) rendah saat ini sedang naik daun di tengah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mendatar.
Hanya saja, analis menilai investor harus hati-hati dalam membidik saham emiten berkapitalisasi kecil ini karena rawan 'digoreng' sehingga kenaikannya tidak menggambarkan fundamental perusahaan yang sebenarnya, tapi lebih ke rekayasa oleh penggerak pasar. Analis PT MNC Sekuritas Aqil Triyadi mengatakan saham small caps ini dianjurkan hanya bagi para trader, tidak dianjurkan bagi investor jangka panjang. Para trader juga harus menyiapkan strategi supaya tidak terjebak atau nyangkut dari saham-saham yang kapitalisasinya kecil ini. Dalam literatur dan menjadi informasi umum bahwa saham-saham disebut sebagai mid-cap stocks atau second-liner biasanya memiliki kapitalisasi pasar antara Rp 500 miliar - Rp 10 triliun, dan ada pula yang mematok di bawah Rp 100 triliun. Adapun saham lapis ketiga atau junk stocks alias small-cap stocks biasanya kapitalisasinya berada di bawah angka Rp 500 miliar. Dia menilai, salah satu caranya agak tak terjebak lebih dalam di saham jenis ini ialah cut loss, atau jual rugi demi mencegah kerugian lebih besar lagi di saat harga sahamnya turun terus. Dalam mengambil keputusan ini, trader juga harus bersikap tega melakukan cut loss jika tidak ingin tekor lebih dalam lagi. Tentu langkah ini terlebih dahulu membutuhkan strategi investasi sebelum memulai atau trading plan. Lantas apakah ada jurus lain selain cut loss? Aqil menjawab bahwa strategi lainnya demi mengurangi kerugian ialah dengan averaging down atau membeli lagi saham di harga bawah. "Tapi kita harus melihat keadaan dana yang dimiliki. Kalau banyak bisa melakukan averaging down. Beli saat harga saham yang dimiliki turun. Jadi saat jual ketika harga naik tipis saja. Setidaknya itu cara untuk keluar dari saham yang nyangkut," katanya, dalam program InvesTime, dikutip Jumat ini (9/7). "Kita averaging down ke bawah, beberapa hari kenaikan kita bisa keluar. Lalu harus evaluasi apakah ada kesalahan dalam pola trading-nya, ketika posisi kita salah harus evaluasi. Jangan ngotot," katanya. Dia pun menjelaskan sebaiknya untuk saham trading harian yang sudah melewati batas tertentu (tergantung masing-masing investor) harus segera di-cut loss. Trading plan juga harus disiapkan berdasarkan latar belakang dari trader. Rencana trading yang dimaksud misalnya mau masuk jangka pendek atau menengah, lalu polanya per jam, harian, mingguan, atau bulanan. Kemudian investor pun harus konsisten dengan pola yang diambilnya. Jangan sampai berubah, misal dari harian tiba-tiba jadi mingguan. "Itu bisa salah ambil posisi nanti, cara kedua harus lihat jika sudah salah posisi jangan ngotot," jelasnya. Sumber : Jakarta, CNBC Indonesia
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|