Foto: Getty Images/Pornpak KhunatornJakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan biaya medis secara tidak langsung bisa membebani keuangan seseorang yang akan menjalani pengobatan baik rawat jalan dan rawat inap. Meski seseorang memiliki asuransi, tak menutup kemungkinan pula biaya asuransi akan ikut mengalami inflasi.
Survei Global Medical Trends 2024 yang dirilis Willis Tower Watson menyebutkan bahwa pada terjadi kenaikan yang cukup signifikan terhadap biaya medis global di tahun 2023, dari yang sebelumnya 7,4% menjadi 10,7%. Tren kenaikan biaya medis diprediksi akan turun di 2024 menjadi 9,9%. Hal itu disebabkan karena menurunnya intensitas pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dari masa pandemi, dan ramalan tentang meredanya inflasi global. Berikut adalah besaran inflasi biaya medis dari tahun 2022, 2023, dan 2024. Adapun tahun 2024 masih bersifat prediksi. Willis Tower Watson juga membuat rincian tentang kenaikan biaya medis di setiap negara di dunia. Adapun Indonesia dan beberapa Negara ASEAN lainnya masuk dalam wilayah Asia Pasifik. Dan dari enam Negara ASEAN yang tertera, hanya Thailand yang mengalami penurunan. Inflasi biaya medis di Indonesia sendiri diperkirakan akan naik 12% di tahun ini. Baca: RBC Mepet Batas, Indonesia Re Tunggu PMN Rp 1 T Tahun Ini Penyebab inflasi biaya medisAda berbagai faktor yang dinilai berkontribusi meningkatkan inflasi biaya medis di sejumlah negara menurut Willis Tower Watson. Perkembangan teknologi medis adalah salah satu di antaranya. Seperti diketahui, perkembangan teknologi seperti penggunaan artifisial buatan dan lain sebagainya cukup marak terjadi di wilayah Asia Pasifik. Selain itu, masalah overtreatment di fasilitas kesehatan juga turut menjadi penyebab terjadi inflasi biaya medis. Overtreatment itu sendiri adalah kondisi di mana pasien menerima layanan berlebih baik yang diberikan klinik atau rumah sakit, efek dari peristiwa ini adalah membengkaknya tagihan rumah sakit yang berimbas pada peningkatan klaim asuransi kesehatan. Tak hanya overtreatment, banyak pula terjadi proses pengobatan yang tidak sesuai prosedur yang pada akhirnya mengacaukan rencana pengobatan pasien. Adapun faktor-faktor inflasi lain yang turut disoroti dalam Global Medical Trends Survey 2024 adalah penggunaan layanan telemedis yang bisa dicover asuransi, buruknya layanan kesehatan yang diberikan pemerintah di beberapa negara, dan lain sebagainya. Premi asuransi naikMeski seringkali disebut bahwa asuransi kesehatan bisa membantu melindungi keuangan dari musibah sakit, namun dengan adanya inflasi, tidak menutup kemungkinan terjadi kenaikan premi asuransi kesehatan. Dan hal tersebut tentu akan meningkatkan pengeluaran nasabah terkait proteksi finansial ini. Nasabah tentu harus menyesuaikan pengeluaran tersebut dengan pemasukan rutin yang diterima secara bulanan maupun tahunan. Ketika premi asuransi naik, bukan tidak mungkin pengeluaran untuk menabung dan investasi juga akan berkurang. Bedah polis asuransi adalah hal yang mesti dilakukan untuk meninjau manfaat-manfaat asuransi yang didapat. Selain itu, alokasi aset investasi juga bisa dilakukan agar nasabah bisa menghasilkan pendapatan pasif yang nantinya bisa digunakan untuk membayar premi asuransi.
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|