Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka stagnan di posisi 7.045,53 pada perdagangan pagi ini, Senin (7/11/2022), di tengah penantian pelaku pasar terkait rilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Selang 3 menit setelah perdagangan dibuka, IHSG terpantau masih menguat tipis 0,08% ke 7.051,35. Pukul 09:05 WIB indeks terpantau sudah berbalik arah ke zona merah dengan koreksi 0,1% ke 7.038,16. Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan lalu berhasil menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 401,97 poin, atau 1,26%, menjadi 32.403,22. Indeks S&P 500 naik 50,66 poin, atau 1,36%, menjadi 3.770,55 dan Indeks Nasdaq Composite bertambah 132,31 poin, atau 1,28%, menjadi 10.475,25. Dalam sepekan kemarin, Indeks Dow turun 1,39%, S&P turun 3,34% dan Nasdaq turun 5,65% untuk persentase penurunan mingguan terbesar sejak Januari. Wall Street menguat karena laporan pengangguran yang membuat ekspektasi para pelaku pasar bahwa The Fed akan emlonggarkan kenaikan suku bunga acuan. Pendapatan rata-rata per jam pun naik lebih dari ekspektasi para pelaku pasar. Data pasar tenaga kerja menjadi fokus utama para pelaku pasar karena The Fed mengatakan sedang mencari 'pendingin' untuk mempertimbangkan jeda dalam menaikkan suku bunga. Sebenarnya pelaku pasar telah mengantisipasi adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dalam pertemuan bulan November 2022. Namun Ketua Fed Jerome Powell mengatakan masih "prematur" untuk membahas jeda kenaikan suku bunga dan bahwa suku bunga terminal kemungkinan akan lebih tinggi dari yang dinyatakan sebelumnya. Pasar saham Tanah Air memang masih belum terbebas dari berbagai sentimen global seperti data inflasi Amerika Serikat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data produk domestik bruto (PDB) Indonesia hari ini, Senin (7/11/2022), pada pukul 11.00 WIB. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 Diramal akan mencapai 5,60% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2022 yang mencapai 5,44%. Adapun, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 1,66% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq). Sementara itu, Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 tumbuh lebih dari 5,5%. "Kami masih optimistis pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari 5,5% yoy. Berbagai indikator menunjukkan perkembangan yang positif," kata Perry. Ketahanan ini tercermin dari indikator indeks penjualan riil (IPR), indeks keyakinan konsumen (IKK), pertumbuhan kredit dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Merujuk data Bank Indonesia, indeks penjualan riil tumbuh (yoy) sebesar 6,2% pada Juli, 4,9% pada Agustus, dan 5,5% pada September. Sebaliknya, pada periode Juli-September 2021 tercatat negatif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat menjadi sentimen positif bagi laju IHSG di awal pekan hari ini. TIM RISET CNBC INDONESIA Penandatangan SPMK proyek pekerjaan pengembangan Bandar Udara International Hang Nadim, Batam dihadiri unsur dari Wijaya Karya (Wika), BIB, dan investor terkait. (Foto: Dok)PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) akan memulai proyek pengembangan Bandara Internasional Batam (BIB) senilai Rp 2,18 triliun setelah PT Bandara Internasional Batam (BIB) resmi menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang menunjuk Wika sebagai kontraktor pelaksana. Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) Agung Budi Waskito menyampaikan bahwa keterlibatan perseroan sebagai investor sekaligus kontraktor pelaksana pada pengembangan BIB Batam menjadi langkah maju dalam memperkuat bisnis perseroan di sektor kontruksi kebandarudaraan. PT BESTPROFIT Untuk itu, Agung mengapresiasi kepercayaan yang diberikan kepada perseroan untuk menjadi Kontraktor Pelaksana Proyek Pengembangan Bandara Hang Nadim. "Berbekal pengalaman panjang dan portofolio di bidang konstruksi bandar udara baik di dalam negeri maupun luar negeri, kami siap menjawab kepercayaan tersebut dengan menyelesaikan proyek pengembangan BIB Batam sesuai target mutu dan waktu yang kita sepakati bersama," ungkap Agung dalam keterangan resmi, Kamis (3/11). BEST PROFIT BESTPROFIT Sesuai rencana, pengembangan Bandar Udara Internasional akan meliputi lingkup Pemugaran Terminal I, Pembangunan Terminal II, Perluasan Apron, dan pengembangan beberapa fasilitas airside dan lanslide. Ditargetkan, pekerjaan pengembangan bandara ini akan berlangsung selama 36 bulan atau 3 tahun. PT BESTPROFIT FUTURES BPF Sementara Direktur Utama BIB Pikri Ilham Kurniansyah menginginkan, hasil pekerjaan rancang bangun seiring dengan terbitnya SPMK ini dapat mewujudkan harapan para stakeholder atas desasin yang merepresentasikan ciri khas Batam. "Sebab, Bandara Internasional Hang Nadim disiapkan untuk melayani penerbangan langsung menuju Asia dan wilayah lain di Indonesia yang belum terhubung dengan Batam," imbuh Pikri. Sebagai informasi, PT BIB merupakan perusahaan konsorsium yang dibentuk oleh tiga perusahaan yaitu PT Angkasa Pura I (Persero), Incheon International Airport Corporation (IIAC), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Persentase kepemilikan saham perseroan di BIB sebesar 19%, lalu IIAC 30%, dan AP I sebesar 51%. Sebelumnya, Sekretari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) Mahendra Vijaya membeberkan bahwa investasi WIKA di Bandara Hang Nadim Batam memiliki masa pengelolaan selama 25 tahun yang akan menghasilkan internal rate of return (IRR) sebesar 11,52%. Dari hasil pengujian atas proyeksi keuangan yang dilakukan selama 25 tahun, tingkat net present value (NPV) nilai arus kas pada discount rate 11,18% menunjukkan nilai NPV yang positif sebesar Rp 681 miliar. Bukan hanya itu, profitability index (PI) pada discount rate sebesar 11,18% juga memperlihatkan nilai 1,145 kali atau lebih besar dari satu. Dengan ekspansi ke sektor kebandarudaraan, diyakini WIKA berpotensi memperoleh Omset Kontrak (OK) konstruksi atas hak right to match dan mendapat recurring selama masa kerja sama. Termasuk perseroan berpeluang melakukan aset recycling dan transfer knowledge dalam bisnis aviasi. Jakarta, Beritasatu.com Foto: (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI- Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) pelat merah yakni PT Pertamina (Persero) resmi menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU. Salah satunya adalah menurunkan harga BBM jenis non subsidi seperti Pertamax Turbo. Harga BBM Pertamax Turbo di SPBU Pertamina mengalami penurunan menjadi Rp 14.300 per liter dari yang sebelumnya Rp 14.940 per liter. PT BESTPROFIT BEST PROFIT Sejatinya, tak hanya melakukan penurunan harga, Pertamina juga menaikkan sejumlah harga BBM Solar Non Subsidinya. Diantaranya adalah BBM Dexlite naik menjadi Rp 18.000 per liter dari yang sebelumnya Rp 17.800 per liter. Sementara itu untuk harga Pertamina Dex juga naik Rp 18.550 per liter dari yang sebelumnya Rp 18.100 per liter. BESTPROFIT "Pertamina melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) Umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui SPBU," kutip website resmi Pertamina, Senin malam (31/10/2022). PT BESTPROFIT FUTURES BPF Penyesuaian harga BBM itu tidak hanya terjadi di Jakarta melainkan di seluruh wilayah di Indonesia. Adapun penyesuaian harga BBM non subsidi itu pun berbeda-beda di setiap wilayah. Berikut daftar lengkap harga BBM subsidi maupun non subsidi di seluruh SPBU Pertamina, berlaku mulai Selasa 1 November 2022: 1. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 2. Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.200 Pertamax Turbo Rp 14.600 Dexlite Rp 18.350 Pertamina Dex Rp 18.950 3. Provinsi Riau & Kepulauan Riau Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.500 Pertamax Turbo Rp 14.900 Dexlite Rp 18.700 Pertamina Dex Rp 19.350 4. Kodya Batam Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.200 Pertamax Turbo Rp 14.900 Dexlite Rp 18.700 Pertamina Dex Rp 19.350 5. Provinsi Jambi Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.500 Pertamax Turbo Rp 14.900 Dexlite Rp 18.700 Pertamina Dex Rp 19.950 76 Provinsi Bengkulu Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.500 Pertamax Turbo Rp 14.900 Dexlite Rp 18.700 Pertamina Dex Rp 19.350 7. Provinsi Sumatera Selatan Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.500 Pertamax Turbo Rp 14.900 Dexlite Rp 18.700 Pertamina Dex Rp 19.950 8. Provinsi Bangka Belitung Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.500 Pertamax Turbo Rp 14.900 Dexlite Rp 18.700 Pertamina Dex Rp 19.950 9. Provinsi Lampung Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.500 Pertamax Turbo Rp 14.900 Dexlite Rp 18.700 Pertamina Dex Rp 19.950 10. Provinsi DKI Jakarta Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 11. Provinsi Banten Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 12. Provinsi Jawa Barat Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 13. Provinsi Jawa Tengah Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 14. Provinsi DI Yogyakarta Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 15. Provinsi Jawa Timur Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 16. Provinsi Bali Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 17. Provinsi NTB dan NTT Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 13.900 Pertamax Turbo Rp 14.300 Dexlite Rp 18.000 Pertamina Dex Rp 18.550 18. Provinsi Kalimantan Barat, Tengah, Selatan, Timur, Utara Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.200 Pertamax Turbo Rp 14.600 Dexlite Rp 18.350 Pertamina Dex Rp 18.950 19. Provinsi Gorontalo Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.200 Pertamax Turbo Rp 14.600 Dexlite Rp 18.350 Pertamina Dex Rp 18.950 20. Provinsi Sulawesi Tengah, Tenggara, Selatan, Barat Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.200 Pertamax Turbo Rp 14.600 Dexlite Rp 18.350 Pertamina Dex Rp 18.950 21. Provinsi Maluku & Maluku Utara Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.200 Dexlite Rp 18.350 22. Provinsi Papua Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.200 Pertamax Turbo Rp 14.600 Dexlite Rp 18.350 Pertamax Rp 12.750 23. Provinsi Papua Barat Solar Rp 6.800 Pertalite Rp 10.000 Pertamax Rp 14.200 Dexlite Rp 18.350 Pertamina Dex Rp 18.950 |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|