PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Saham-saham kategori blue chip alias unggulan di pasar modal Indonesia saat ini bisa disebut menjadi tolok ukur bagi investor atau calon investor yang ingin berinvestasi.
Saham-saham ini juga biasanya masuk dalam konstituen Indeks LQ45, indeks yang berisi 45 saham paling likuid dengan fundamental baik. Lantas bagaimana cara melihat saham kategori ini yang murah atau undervalued, tapi bukan murahan? PT BESTPROFIT Anggaraksa Arismunandar, Head of Research PT NH Korindo Sekuritas, mengatakan ada beberapa kriteria saham blue chip yang ada di pasar kini. "Kriteria umum biasanya memiliki kapitalisasi pasar [market cap] besar, secara likuiditas tinggi, memiliki fundamental dan track record kinerja yang cukup baik, dan sudah terbukti serta teruji," kata Anggaraksa dalam program Investime CNBC Indonesia, Jumat (23/6/2021). BESTPROFIT PT BESTPROFIT FUTURES BPF Menurutnya, saham blue chip biasanya merupakan market leader pada industrinya. Saham blue chip acap kali dikenal sebagai saham perusahaan yang mature, diakui secara nasional, konsisten mencetak laba, sehat secara keuangan, dan punya produk atau layanan berkualitas tinggi. "Terakhir, biasanya yang mungkin membedakan dengan saham non-blue chip adalah rutin dengan memberikan dividen [bagi laba kepada pemegang saham]," tambahnya. Berbicara soal 'murah', Anggaraksa mengatakan hal ini relatif. Jika ingin mengetahui saham blue chip 'murah' dengan mudah, investor hanya perlu melakukan metode valuasi. Metode ini membandingkan dengan rata-rata industri sejenisnya, apakah relatif murah atau tidak. Investor juga bisa membandingkannya dengan historikal harganya, apakah relatif undervalue atau tidak. "Bisa juga dari saham-saham yang rajin memberikan dividen, ini bisa jadi metode valuasi lain. Misalkan dividend discount model ya, itu artinya kita memproyeksikan dividen yang akan kita dapat ke depan, lalu kita diskontokan ke hari ini, apakah akan di bawah atau di atas. Itu menjadi indikator saham murah," pungkasnya. Dividend discount model atau DDM biasa dikenal dengan metode dalam menentukan harga wajar saham dengan cara mendiskontokan nilai dari taksiran dividen. Metode ini juga, menurut literatur keuangan, juga dapat digunakan untuk menghitung harga wajar saham atau valuasi saham. Jadi emiten yang dapat membagikan dividen adalah emiten yang mencetak laba, sedangkan emiten yang merugi tidak dapat memberikan dividen. Maka dalam perhitungan metode ini, dikususkan bagi perusahaan yang membagikan dividen sebagai syarat utama. Sumber : Jakarta, CNBC Indonesia
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|