PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Bursa Efek Indonesia (BEI) tak kunjung membuka suspensi (penghentian sementara) dua saham emiten yang terafiliasi dengan bos Indofood, Anthoni Salim dari Grup Salim dan pengusaha Toto Sugiri, yakni emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII).
Selain itu, BEI juga masih melakukan suspensi perdagangan saham emiten perbankan Grup Salim, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) hingga hari ini, Jumat (16/7/2021). PT BESTPROFIT Sebagaimana diketahui, BEI 'menggembok' saham fenomenal DCII sejak 17 Juni lalu. Artinya, sudah 30 hari atau 22 hari kerja saham ini ini disuspensi Bursa. Pergerakan harga yang melonjak signifikan membuat otoritas bursa menegaskan perlu ada langkah cooling down guna memberikan kesempatan kepada pelaku pasar untuk mempertimbangkan keputusan investasinya. Lantas, kenapa 'gembok' saham DCII belum juga dibuka? BEST PROFIT Menanggapi ini, BEI menyatakan saat ini masih melakukan pemeriksaan atas transaksi saham DCII. Hal ini menindaklanjuti suspensi saham yang dilakukan terhadap DCII sejak 17 Juni. Langkah suspensi ini adalah yang kali yang dilakukan setelah saham DCII naik secara signifikan. BESTPROFIT Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Manullang menjelaskan, saham DCII mengalami volatilitas harga secara terus menerus. "Atas kondisi ini, kami sedang melakukan pemeriksaan atas transaksi saham DCII. Tujuan pemeriksaan ini untuk memastikan ada tidaknya indikasi manipulasi transaksi," kata Kristian kepada awak media, Rabu (7/6/2021). Seperti diketahui, saham DCII terakhir kali diperdagangkan pada level Rp 59.000 per saham pada Rabu (16/6/2021). Perseroan baru melantai di pasar modal pada 6 Januari 2021 dengan harga penawaran umum perdana saham (IPO) Rp 420 per saham. Saham DCII tercatat meroket 14.000% dari harga IPO. Dalam penjelasannya kepada BEI, Corporate Secretary DCI Indonesia, Gregorius Nicholas Suharsono mengatakan, kenaikan harga saham perseroan yang mencapai Rp 59.000 per saham bergantung pada mekanisme pasar dan persepsi pasar atas masa depan DCII. Sampai dengan 30 Juni 2021, pemegang saham DCII ialah Otto Toto Sugiri dengan kepemilikan 29,90%. Marina Budiman 22,51%, Han Arming Hanafia sebesar 14,11%. Ketiganya merupakan pengendali, sedangkan Anthoni Salim menggenggam kepemilikan sebesar 11,12% dan pemegang saham publik 22,36%. PT BESTPROFIT FUTURES Adapun saat ini, untuk market cap atau kapitalisasi pasar, DCII berhasil merangsek ke 10 besar big cap alias saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Market cap DCII sebesar Rp 140,64 triliun, mendekati PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) di urutan 9 dengan market cap Rp 156,05 triliun. Setali tiga uang, saham BINA masih disuspensi oleh BEI sejak 9 Juli pekan lalu seiring lonjakan harga yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Saham ini sempat melaju kencang di zona hijau selama 10 hari beruntun, yakni pada 11-24 Juni. Dalam sebulan terakhir saham BINA 'terbang' 193,15%, sementara secara ytd 'mengangkasa' 736,96%. Kenaikan saham BINA akhir-akhir ini didorong oleh kabar terbaru perusahaan yang berencana melakukan rights issue. Dalam rights issue tersebut, BINA akan melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dengan disetujuinya rights issue ini, Anthony Salim, selaku ultimate shareholder berpeluang menambah porsi kepemilikan sahamnya pada Bank Ina. Asal tahu saja, per 30 Juni 2021, Grup Salim melalui kendaraan investasinya PT Indolife Pensiontama, yang menjadi pemegang saham pengendali BINA, menguasai 22,47% saham perusahaan BPF Sumber : Jakarta, CNBC Indonesia
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|