Foto: Ilustrasi Jokowi (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)
PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI- Utang Indonesia menjadi salah satu yang mengkhawatirkan, namun pemerintah memberikan kabar gembira. Pasalnya, utang pemerintah Indonesia kepada negara-negara luar atau ULN dilaporkan menurun. Hal ini terungkap dari data yang disajikan oleh Bank Indonesia, Jumat (15/7/2022). Bank Indonesia (BI) melaporkan ULN bulan Mei turun US$ 3,8 miliar dari bulan sebelumnya menjadi US$ 406,3 miliar atau sekitar Rp 6.094 triliun (kurs tengah BI 14 Juli Rp 14.999/US$). Dibandingkan Mei 2021, ULN tersebut mengalami kontraksi 2,6% year-on-year (yoy). PT BESTPROFIT Untuk utang pemerintah tercatat mengalami penurunan 3 bulan beruntun. Saat ini utang yang menjadi kewajiban pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo itu menjadi sebesar US$ 188,2 miliar. BEST PROFIT "Posisi ULN Pemerintah pada Mei 2022 tercatat sebesar 188,2 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar 190,5 miliar dolar AS. Secara tahunan, ULN Pemerintah mengalami kontraksi sebesar 7,5% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya yang sebesar 7,3% (yoy)," tulis BI dalam rilis resminya. BESTPROFIT Sama dengan bulan sebelumnya, pemerintah di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kembali membayar Surat Berharga Negara (SBN) jatuh tempo, serta investor asing yang banyak melepas obligasi Indonesia menjadi penyebab penurunan ULN pada Mei. PT BESTPROFIT FUTURES BPF Data dari BI menunjukkan pembayaran utang SBN pada Mei mencapai US$ 1,175 miliar dengan pokok sebesar US$ 1,066 miliar dan bunga US$ 109 juta. Sementara itu pinjaman mengalami kenaikan menjadi US$ 55,624 miliar dari sebelumnya US$ 55,064 miliar. "Pinjaman luar negeri mengalami sedikit kenaikan dari bulan sebelumnya, terutama pinjaman bilateral dari beberapa lembaga partner yang ditujukan untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek prioritas," tulis BI. Kemudian investor asing yang terus melepas SBN juga membuat ULN menurun. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan pada akhir Mei kepemilikan asing di pasar SBN mencapai Rp 795,73 triliun, arau berkurang Rp 32 triliun dari akhir April. Besarnya capital outflow tersebut akibat bank sentral Amerika Serikat (AS) yang agresif menaikkan suku bunga, sehingga memicu kenaikan imbal hasil obligasi AS (Treasury). Sementara itu berdasarkan kreditor, dari 5 besar negara hanya utang ke Hong Kong yang mengalami kenaikan. Utang ke Singapura mengalami penurunan 3 bulan beruntun dan utang ke Jepang turun 2 bulan beruntun. Utang ke AS yang melonjak dan mencetak rekor tertinggi pada April mengalami penurunan US$ 34 juta, menjadi US$ 34,864 miliar. Utang ke China juga mengalami penurunan 2 bulan beruntun. Pada Mei nilainya sebesar US$ 21,779 miliar atau Rp 326,7 triliun, turun sekitar Rp 2,9 triliun dari sebelumnya. Dari total utang ke China, utang pemerintah hanya US$ 1,58 miliar, sementara utang swasta US$ 20,19 miliar. Menurut laporan BI, berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa mencapai 77,3% dari total ULN swasta. ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,4% terhadap total ULN swasta. Dengan penurunan ULN pemerintah dan swasta tersebut, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) turun menjadi 32,3% dari sebelumnya 32,6%. Jakarta, CNBC Indonesia
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|