SHARE
Foto: Warren Buffett pemilik perusahaan pembangkit listrik terbesar bernama Berkshire Hathaway (REUTERS/Rick Wilking)Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kakap dunia, Warren Buffett diketahui sebagai salah satu orang yang sangat menentang Bitcoin dan mata uang kripto. Dia bahkan menyebut Bitcoin bukanlah aset yang menghasilkan nilai. Buffett sendiri dan perusahaan induknya, Berkshire Hathaway Inc. telah terkenal dengan investasi mereka di perusahaan-perusahaan yang stabil dan menguntungkan. Buffett percaya pada investasi yang menciptakan nilai, alih-alih mengandalkan sentimen investor. "Jika Anda membeli sesuatu seperti Bitcoin atau mata uang kripto, Anda tidak benar-benar memiliki sesuatu yang telah menghasilkan apa pun. Anda hanya berharap orang berikutnya membayar lebih banyak," ungkapnya mengutip yahoo finance, Senin (19/2/2024). Strategi ini telah menguntungkan selama beberapa dekade, memungkinkan Berkshire Hathaway menjadi salah satu perusahaan terbesar dan paling menguntungkan di dunia. Para investor di seluruh dunia mencari Buffett dan perusahaan-perusahaannya untuk mendapatkan saran dan rekomendasi investasi. Namun, sikap anti-kripto Buffett yang kuat dapat berubah setelah meninjau kinerja perusahaan pada 2023. Investasi dengan kinerja terbaik pada tahun 2023 untuk Berkshire Hathaway adalah perusahaan fintech Brasil, Nu Holdings Ltd. Perusahaan ini memiliki Nubank, sebuah neobank yang menawarkan kartu kredit dan perbankan serta perdagangan kripto untuk pengguna. Perusahaan ini menawarkan 15 token yang berbeda, serta token utilitasnya sendiri yang disebut Nucoin. Perusahaan yang go public pada Desember 2021 lalu ini telah menerima dukungan dari Buffett dan Berkshire selama pendanaan seri G ketika Berkshire menginvestasikan US$ 500 juta di perusahaan tersebut. Buffett kemudian meningkatkan kepemilikannya sebesar US$ 500 juta lagi sehingga totalnya menjadi US$ 1 miliar yang diinvestasikan pada awal tahun 2022. Investasi tersebut telah terbayar dengan sangat baik, karena Brasil memiliki sikap yang sangat terbuka dan menerima kripto. Pada tahun 2023, harga Nu Holdings terapresiasi sebesar 93%. Keuntungan besar ini menjadikan Nu Holdings sebagai investasi paling menguntungkan dalam portofolio Berkshire Hathaway untuk tahun 2023. Bahkan, investasi ini sangat mengejutkan mengingat kinerja yang kuat dari saham-saham di sektor lain, seperti teknologi. Buffett hingga saat ini belum menjual investasinya di Nu Holdings, yang berpotensi menyiratkan bahwa pihaknya bullish pada saham tersebut untuk beberapa bulan atau tahun mendatang. Mempertimbangkan keraguan Buffett untuk berinvestasi dalam kripto secara langsung, ini bisa menjadi pembuka mata bagi investor legendaris tersebut. Ketika perusahaan melihat kembali ke tahun 2023, kinerja yang kuat dari investasi terkait kripto dapat menyebabkannya untuk melihat saham kripto lain atau bahkan mata uang kripto itu sendiri. Meskipun mata uang kripto dan token digital tidak mengikuti tesis investasi utama Buffett, namun tak dapat dipungkiri dari sana tercipta keuntungan yang dapat mereka berikan kepada para investor. Misalnya, Bitcoin terapresiasi lebih dari 150% pada tahun 2023, mengalahkan semua investasi dalam portofolio Buffett. Ketika kripto menjadi lebih meluas dan menjadi bagian dari investasi arus utama, akan menarik untuk melihat apakah Buffett dan Berkshire akan menyerah dan melanjutkan investasi mereka ke dalam saham kripto atau bahkan token utama seperti Bitcoin. Foto: (foto: Ist/Blog maisyafarhati.com)Jakarta, CNBC Indonesia - Lima bulan setelah berdiri, tepat pada Agustus 1602, Kongsi Dagang Hindia Belanda (Vereenigde Oost-Indische Compagnie, VOC) memutuskan untuk menjual saham kepada publik dan merupakan skema paling awal apa yang kelak di kemudian hari dikenal sebagai penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Tak sulit bagi perusahaan sekelas VOC menjaring investor. Sebagai perusahaan yang menjual komoditas paling dicari di Eropa alias rempah-rempah, banyak orang memprediksi VOC bakal sangat berjaya dan memberi keuntungan besar. Atas dasar inilah, ketika mengeluarkan keputusan untuk IPO, orang-orang ramai datang ke Bursa Efek Amsterdam. Terlebih, VOC juga menjadi perusahaan pertama di dunia yang melakukan IPO. Baca: Teka-teki Emas 57 Ton Milik Sukarno dari Presiden AS, Ini Faktanya"Secara keseluruhan, ada 1.143 investor yang berinvestasi untuk modal awal VOC di Amsterdam," tulis Lodewijk Petram dalam The World's First Stock Exchange (2011). Dalam aturan, setiap investor berhak memutuskan berapa banyak uang yang diinvestasikan. Tak ada batas minimum atau maksimum. Begitu pula soal asal-usul investor. Siapapun boleh menaruh uangnya di VOC. Alhasil, tak cuma pejabat, bangsawan, dan orang berduit saja yang menjadi investor. Asisten Rumah Tangga (ART) bernama Neeltgen Cornelis juga melakukannya. Ketertarikan Neeltgen berinvestasi di VOC berawal dari majikannya, Dirck van Os yang kebetulan Direktur VOC. Pada masa-masa IPO banyak orang keluar-masuk ke rumah van Os untuk urusan investasi. Saat itu, perdagangan bursa efek tak seperti sekarang. Semuanya serba manual dan dicatat menggunakan kertas. Jadi, wajar apabila rumah Dirck van Os ramai para investor. Di tengah keramaian itulah, terpantik rasa penasaran Neeltgen. Dari hati paling dalam dia sebenarnya ingin berinvestasi di VOC. Dia percaya VOC bakal memberi keuntungan besar. Namun, di sisi lain, dia juga bingung: uangnya dari mana? Sebagai pembantu, gajinya kurang dari lima puluh sen dalam sehari. Uang segitu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alhasil, dia maju-mundur untuk berinvestasi dari hari ke hari. Hingga akhirnya, di penghujung Agustus saat penawaran perdana saham bakal VOC ditutup, dia berubah pikiran. "Dia berpikir akan selalu menyesal apabila dia tidak berinvestasi sekarang. Alhasil dia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan uang tabungannya," tulis Petram. Dari uang tabungan hasil kerja kerasnya jadi ART disisihkan 100 gulden untuk membeli saham VOC. Dia pun menyerahkan uang tersebut kepada majikannya. Nama Neeltgen Cornelis pun tercatat sebagai pemegang daftar saham VOC, meski sangat kecil dibanding yang lainnya. Saat itu, bos-bos VOC menaruh uang dalam jumlah besar. Ada yang 85.000 gulden, 65.000 hingga 45.000 gulden. Lalu, apakah Neeltgen untung dari pembelian saham VOC? Menurut Petram, iya tapi hanya sesaat karena Neeltgen melepas kepemilikan saham VOC pada Oktober 1603 atau setahun setelah melakukan pembelian. Dia menjual seluruh sahamnya kepada Jacques de Pourcq. Padahal, jika terus-menerus dipegang, uang 100 gulden tersebut bisa berubah menjadi ribuan gulden. Atau setidaknya, kata Petram, pemegang saham VOC bisa menerima rempah-rempah setiap saat sebagai bentuk dividen. Mengingat VOC dalam beberapa tahun mendatang sejak IPO terbukti jadi perusahaan terbesar di dunia berkat sukses menjual dan menguasai rempah-rempah dari bumi Indonesia. Foto: Harita Group Pulau Obi Maluku Utara. (Dok. Harita Group)Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam tambang. Bahkan menjadi negara dengan pabrik nikel sulfat terbesar di dunia. Pabrik itu fokus mengolah nikel sulfat yang merupakan bahan utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.
Pabrik nikel sulfat terbesar di dunia terletak di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Gelar sebagai pabrik nikel terbesar di dunia itu tak terlepas dari kapasitas produksi nikel sulfat di sana yang mencapai hingga 240 ribu ton per tahun. Pabrik ini pun baru diresmikan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi pada 31 Mei 2023. Pabrik nikel sulfat pertama di Indonesia ini dioperasikan oleh PT Halmahera Persada Lygend, afiliasi dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), grup Harita Nickel. Mengutip situs perusahaan, PT Halmahera Persada Lygend dimiliki oleh Harita Nickel melalui PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) sebesar 45,1%, Lygend Resources Technology Co. Ltd sebesar 36,9%, dan Kang Xuan Pte Ltd sebesar 18%. Direktur Utama PT HPL dijabat oleh Parasian Simanungkalit dan posisi direktur dijabat oleh enam orang, antara lain Tonny Gultom, H.Ghufron, Ge Kaicai, Yu Hai, Zhang Bao Dong, dan Hu Hong Gen. Sementara Komisaris Utama dijabat oleh Cai Jiangyong dan Komisaris dijabat oleh Lim Gunawan Hariyanto dan Jiang Xinfang. Harita Nickel merupakan bagian dari Harita Group yang mengoperasikan pertambangan dan hilirisasi terintegrasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Selain memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP), perusahaan sejak 2016 telah memiliki pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel saprolit dan sejak 2021 juga memiliki pabrik nikel limonit di wilayah operasional yang sama. Kedua fasilitas tersebut menyerap hasil tambang nikel dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NKCL) dan Gane Permai Sentosa (GPS). Melalui Halmahera Persada Lygend, Harita Nickel menjadi pionir di Indonesia dalam pengolahan dan pemurnian nikel limonit (kadar rendah) dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL). Teknologi ini mampu mengolah nikel limonit yang selama ini tidak dimanfaatkan menjadi produk bernilai strategis, yaitu Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Dengan tahap proses berikutnya yang juga sedang dikembangkan oleh Harita Nickel, MHP akan diolah lebih lanjut menjadi Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik. Sementara Lygend Resources Technology Co. Ltd merupakan perusahaan di sektor rantai pasok nikel dunia yang berdiri sejak Januari 2009 di Laut China Timur, Zhejiang, China. Bermula dari menjual bijih nikel dan feronikel, kini Lygend kian ekspansif hingga memproduksi produk nikel terintegrasi dari hulu ke hilir. Selain di China dan Indonesia, perusahaan juga memiliki unit bisnis di Filipina dan negara Asia Tenggara lainnya. Foto: Tambang Nikel Pulau Obi, Maluku Utara. (CNBC Indonesia/Suhendra)Jakarta, CNBC Indonesia - Memiliki cadangan nikel yang melimpah, bahkan paling banyak sedunia, Indonesia menjadi negara dengan produksi nikel nomor satu di dunia. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, dari 2,67 juta ton produksi nikel di seluruh dunia pada 2019, Indonesia telah memproduksi 800.000 ton. Jumlah itu jauh mengungguli Filipina (420.000 ton Ni), Rusia (270.000 ton Ni), dan Kaledonia Baru (220.000 ton Ni).
Tapi apakah proyek tambang nikel baru di Indonesia masuk jajaran 10 proyek tambang nikel terbesar di dunia? Baru-baru ini mining.com dan perusahaan saudaranya merangkum 10 besar proyek tambang nikel yang sedang dikembangkan di seluruh dunia. Peringkat ini didasari oleh kandungan sumber daya nikel yang tertunjuk dan terukur. Baca: Heboh Tambang Nikel Dunia Tutup, Apa Iya RI Biang Keroknya?Sebagai informasi, klasifikasi sumber daya mineral terbagi menjadi tiga, yakni sumber daya tereka, tertunjuk dan terukur. Pembagian ini didasari oleh keyakinan geologis di mana sumber daya tereka berada di hierarki paling bawah dengan tingkat keyakinan terendah dan sumber daya terukur memiliki tingkat keyakinan geologis tertinggi. Pemeringkatan ini dilakukan oleh mining.com untuk mengidentifikasi cadangan utama nikel yang dapat menjadi bagian dari peta pasokan global nikel di masa depan. Perlu dicatat bahwa daftar yang dihimpun ini bukan merupakan tambang yang saat ini sudah beroperasi, melainkan proyek tambang yang masih dalam tahap pengembangan, baik itu dalam tahap eksplorasi lanjutan, kajian ekonomi awal ataupun dalam fase studi kelayakan. Meskipun saat ini sebagian besar nikel yang ditambang digunakan untuk baja tahan karat, akan tetapi logam dasar ini mulai menjadi pusat perhatian sebagai bahan baku utama produksi baterai untuk kendaraan listrik. Ke depannya perusahaan manufaktur baterai mobil listrik diprediksi akan meningkatkan penggunaan nikel pada baterai katoda milik mereka Saat ini, pasar nikel global saat ini mengalami surplus, akan tetapi tetapi defisit pasokan diperkirakan akan terjadi pada tahun 2027 hingga setelahnya, seiring dengan meningkatnya permintaan, terutama semakin besarnya penetrasi kendaraan listrik. Indonesia, Filipina dan Rusia boleh saja bangga sebagai produsen utama nikel dunia, akan tetapi enam dari 10 proyek nikel terbesar dunia tahun ini berada di Amerika Utara (AS dan Kanada). Data MiningIntellegence mencatat, sebanyak enam dari 10 proyek nikel terbesar dunia tahun ini berada di Amerika Utara (AS dan Kanada). Peringkat pertama diduduki oleh proyek milik DeepGreen Metal, yang saat ini masih dalam fase eksplorasi lanjut. Uniknya cadangan nikel ini berada di lantai samudra pada zona patahan Clarion-Clipperton yang berlokasi di Samudra Pasifik, di antara Hawai dan Meksiko. Proyek di perairan pasifik tersebut memiliki cadangan logam nikel sebesar 4,8 juta ton dengan kadar 1,4%. Peringkat ke-2 adalah proyek milik Waterton Precious Metals, proyek yang berlokasi di Quebec, Kanada ini memiliki total cadangan logam nikel tipe sulfida sebesar 4,39 ton. Akan tetapi karena cadangan ini termasuk tipe magmatik kadar nikel pada proyek dengan tipe endapan primer tersebut hanya 0,26% Posisi ke-3 dan ke-4 masih proyek yang berlokasi di Kanada, tepatnya di British Columbia. Kedua proyek tersebut adalah endapan nikel primer dengan kadar rendah, masing-masing 0,12% dan 0,22% dengan cadangan logam 2,43 juta dan 2,36 juta ton. Masih di Amerika Utara, peringkat lima proyek nikel terbesar berlokasi di Minnesota, Amerika Serikat. Proyek yang masih dalam fase pra-studi kelayakan ini memiliki cadangan nikel 2,3 juta ton dan kadar 0,18%. Pengajuan tambang ini sebelumnya berada dalam pengawasan ketat setelah penolakan publik terhadap dampak dan risiko lingkungan dan sempat dihentikan di masa presiden Obama. Namun, proyek ini kembali diberi lampu hijau di masa kepemimpinan Trump. Selanjut posisi ke-6 diraih oleh proyek tambang nikel dari dalam negeri, proyek tersebut adalah milik BUMN PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam di Sengaji, Halmahera Seperti kebanyakan nikel di Indonesia, tipe endapan milik Antam ini adalah nikel laterit dengan kadar yang relatif tinggi, dan merupakan proyek dengan kadar tertinggi dalam daftar 10 proyek nikel terbesar ini. Kandungan logam nikel di Proyek Sengaji mencapai 2 juta ton dengan kadar 1,7% dan saat ini masih di tahap eksplorasi lanjut. Adapun empat proyek lainnya adalah sebagai berikut, proyek Goongarrie milik Ardea Resources di Australia; proyek Crawford milik perusahaan Kanada di Timmins-Cochrane, Ontario; proyek Mesaba milik Teck Resources di Minnesota, Amerika Serikat; dan terakhir cadangan The Wingellina milik Metals X di Australia. Foto: iStockphoto/Getty Images/AmnajKhetsamtipJakarta, CNBC Indonesia - Belum lama ini, content creator Tjokro Wimantara (Pak Win) lewat akun media sosial X-nya mengunggah cuitan seputar pertanyaan mengenai apa yang terjadi jika ada orang wafat, dan uang di rekeningnya tak kunjung diklaim ahli waris.
"Ada berapa ya jumlah orang yg meninggal dan uangnya ga di klaim sama pewarisnya di bank. seakan2 jd "milik bank" ya klo gitu," demikan cuitan Pak Win (4/2/2024). Cuitan itu telah dilihat lebih dari 1,4 juta orang netizen dan mendapat balasan sebanyak lebih dari 300. Secara tidak langsung, terdapat beberapa pelajaran finansial terkait perencanaan distribusi kekayaan dari cuitan Pak Win tersebut. Berikut ulasannya. Tabungan jadi harta terbengkalaiJika memang tidak ada satupun orang yang bisa membuktikan bahwa dia adalah ahli waris yang sah, maka harta berbentuk tabungan itu akan menjadi harta terbengkalai (tak terurus). Pasal 1127 KUH Perdata menyebutkan bahwa: "Balai Harta Peninggalan, menurut hukum wajib mengurus setiap harta peninggalan tak terurus yang terbuka dalam daerahnya, tanpa memperhatikan apakah harta itu cukup atau tidak untuk melunasi utang pewarisnya. Balai itu, pada waktu mulai melaksanakan pengurusan, wajib memberitahukan hal itu kepada jawatan Kejaksaan pada Pengadilan Negeri. Dalam hal ada perselisihan tentang terurus tidaknya suatu harta peninggalan. Pengadilan itu atas permohonan orang yang berkepentingan atau atas saran jawatan Kejaksaan, setelah minta nasihat, Balai Harta Peninggalan akan mengambil keputusan tanpa persidangan." Mungkin saja, ada sebagian dari Anda yang penasaran kapan harta waris bisa disebut sebagai harta tak terurus. Maka Pasal 1129 telah memberikan jawabannya. "Bila setelah lampaunya waktu tiga tahun terhitung dari saat terbukanya warisan itu, tidak ada ahli waris yang muncul, maka perhitungan penutupnya harus dibuat untuk negara, yang berwenang untuk menguasai barang-barang peninggalan itu untuk sementara." |
BPF NEWSPT BESTPROFIT FUTURESArchives
September 2023
Categories
All
|